Raka
Keluar Ki, gue di depan.
***
Sebaris pesan yang baru saja diterima Kiya mengintrupsi perempuan itu untuk beranjak.
"Gue keluar bentar ya Cal."
Mendapati anggukan dari Calla, Kiya pun segera mengambil langkah. Takut bila nanti Raka malah tiba-tiba masuk karena dia yang kelamaan.
Sampai di sana, Kiya mendapati Raka yang tengah duduk dengan memangku senampan makanan.
"Rak?"
Raka menoleh. Laki-laki itu kemudian langsung berdiri dan menyerahkan nampan itu pada Kiya. "Tadi pagi Calla cuma sarapan dikit. Sorry ya gue nggak berani masuk."
"Rak lo nggak papa, kan?" Tanya Kiya memastikan. Pasalnya keadaan Raka tak jauh berbeda dengan Calla. Laki-laki itu juga sama-sama linglung. Rambutnya acak-acakan, kemudian matanya kuyu sekali.
Pandangan Kiya pun turun ke tangan Raka. Disana, Kiya melihat tangan itu memar kembali. Lo gitu lagi Rak?
"Calla yang kenapa-napa. Gimana dia sekarang?"
"Calla udah nggak papa kok. Lo nggak usah khawatir, gue jagain dia."
Dalam anggukan pelan, Raka tersenyum. Senyumnya lemah, tapi Kiya tahu sekali bila disana ada ketulusan yang memancar. "Makasih ya Ki."
"Yaudah gue ke dalem lagi ya."
Raka mengangguk kembali. Mengantarkan Kiya dalam penglihatan dengan raut sedih.
Laki-laki itu kemudian berbalik. Sebelum memantapkan langkahnya, dia lagi-lagi harus menghela napas. Membuang semua sesaknya.
Sedangkan Kiya, perempuan itu nyatanya tidak benar-benar hilang ditelan pintu. Dia masih berdiri mengamati Raka. Melihat bagaimana punggung rapuh itu akhirnya meniti langkah.
Bagaimana? Dalam kondisi semacam ini Kiya harus bagaimana?
Calla tak sepenuhnya salah. Sahabatnya itu bahkan bisa dibilang tidak bersalah ketika memberi respon semacam ini. Kenapa? Ya karena Calla tidak tahu apa yang terjadi sama Raka. Jadi menurut Kiya, Calla pantas-pantas saja berperilaku. Tapi disisi lain Kiya merasa kasihan pada Raka. Laki-laki itu juga tidak salah. Tidak pantas disalahkan lebih tepatnya.
"Ki?"
Panggilan dari Calla menyentak Kiya. Kiya pun segera beranjak. Melangkah menuju ranjang Calla yang berada di paling ujung.
"Kamu beli makanan?"
Kiya tidak menjawab. Dia justru meletakkan makanan itu di kasur tepat di depan Calla.