Calla memilih beranjak untuk pergi ke parkiran daripada menunggu Kiya disini. Takutnya, Raka berani menghampirinya dalam keadaan ia sendirian semacam ini. Sampai di pintu UKS perempuan itu celingak-celinguk guna memastikan. Merasa aman perempuan itu buru-buru berlari cepat. Hingga ketika sampai di koridor menuju parkiran, Calla menabrak seseorang sampai membuat tubuhnya limbung. Perempuan itu memang tak melihat ke depan. Dia lebih memilih mengawasi bagian belakang dimana koridor kelas berada. Takut bila ada Raka.
Walaupun limbung, tapi Calla tak merasa jatuh ke lantai. Perempuan itu merasa ada lengan yang menopangnya.
"Hati-hati sob."
"Sorry Rak gue buru-buru."
Calla mendengar suara dua laki-laki. Tunggu, Rak?
Sampai ketika otaknya mulai berpikir siapa orang yang dipanggil 'Rak' barusan, Calla buru-buru bangun. Perempuan itu merapikan rambutnya yang acak-acakan sembari terus menunduk.
"Kamu nggak papa kan Cal? Nggak ada yang sakit kan?"
Calla menghentikan gerakan jemarinya. Mematung mendengar suara itu. Tremor tubuhnya pun dengan cepat bereaksi.
Perlahan, Calla menaikkan pandangan. Sampai dimana mata keduanya bertemu, tubuh Calla semakin bergetar. Ia takut. Di depannya saat ini ada Raka, laki-laki yang berusaha ia hindari saat ini.
Melihat reaksi Calla yang seperti ini membuat Raka kian dirundung penyesalan. Sakit hatinya menyeruak untuk diri sendiri. "Maafin aku Cal."
Calla mundur perlahan. Perempuan itu menggeleng-geleng tak mau mendengar apapun dari laki-laki di depannya ini. Sampai ketika Raka berhasil menagkap tangan Calla lalu memeluknya erat. "Maaf Cal, maafin aku."
Sekuat tenaga Calla memberontak. Ia tidak mau. Ia takut. "To-tolong, tolong lepasin aku. Enggak mau. Lepas..."
Isakan Calla sudah terdengar kembali.
"Aku bakal lepas, tapi kamu harus janji untuk enggak lari. Aku cuma mau minta maaf. Maaf sayang."
Berontakan Calla pun mulai melemah. Pelukan Raka yang kuat membuat Calla lelah sendiri untuk melepaskan diri.
Perlahan Raka mulai menguraikan pelukannya. Mundur satu langkah untuk memberi jarak.
Calla sendiri masih berdiri mematung. Juga setia dengan tundukan kepalanya.
Hati Raka kembali sakit melihat pemandangan ini. Perlahan ia mengulurkan tangannya untuk mendongakkan Calla.
Kepala Calla sudah tak tertunduk lagi. Tapi tetap saja pandangan matanya tak berani memandang Raka. "Aku minta maaf ya. Aku nggak ada maksud apapun..."
Elusan lembut di pipi Calla menyamankan perempuan itu. Mungkin ia sudah lupa tentang ketakuan yang luar biasa tadi dialaminya. Sampai akhirnya,
Plak!
Suara nyaring itu terdengar jelas di koridor. Membuat beberapa orang yang mendengar menghentikan langkah guna menegok ke asal suara.