Sincerity

Sindiaasari
Chapter #32

Tiga puluh satu

Seperti janjinya dengan Saka malam itu, kini mereka berdua sudah berada di kawasan Universitas Gadjah Mada. Entah kebetulan atau apa, Calla dan Saka sama-sama mengenakan hoddie yang berwarna sama. Yang membedakan hanyalah sebuah garis putih di bagian depan milik Calla. Selebihnya hoddie itu sama-sama berwarna army.

Calla sempat tertawa ketika keluar dari pintu dan menemukan pandangan ini. Sebentar, ini juga pertama kalinya Calla melihat si pelukis Asa itu memakai pakaian selain kemeja kotak. Dan Calla rasa, Saka tetap tampan dengan setelan ini. 

Sembari menunggu semua stand-stand sepanjang jalan ini dibuka, Saka mengajak Calla untuk lari pagi. Maklum sekarang belum ada pukul enam, jadi udara yang disuguhkan masih segar dengan sinar matahari yang masih malu. Suasana kali ini benar-benar nyaman. Akhirnya dua orang itu pun ikut membaur pada mereka-mereka yang juga melakukan hal serupa.

Memang, setiap hari Minggu pagi kawasan ini ramai sekali. Awalnya mereka semua datang ke area ini untuk sekedar berolahraga. Tetapi seiring berjalannya waktu mulai muncul banyak pedagang. Tentu saja dengan ekspektasi pembelinya adalah orang-orang yang berolahraga tadi. Sampai akhirnya pedagang itu bertambah banyak dan muncul istilah Sunday Morning atau kerap disingkat sunmor UGM ini. 

Tetapi sekarang tak hanya pedagang dari luar, para mahasiswa pun banyak yang memulai bisnis disini. Maka tak heran bila harga yang dibandrol cukup murah bagi kalangan mahasiswa. 

"Capek?" Calla menghentikan larinya. Menyeka bulir keringat di dahinya dengan lengan yang berbalut hoddie. Hal ini pun membuat Saka yang berada tepat disampingnya ikut berhenti.

"Belom."

"Terus kenapa berhenti?"

"Kak Saka kan ngajak aku ngomong."

"Dari tadi kita juga ngobrol sambil lari kan?"

Calla meringis. Iya juga. 

Huft, cukup capek sih sebenarnya. Tapi malu mengakui karena sedari tadi mereka hanya berlari pelan. Tapi tunggu, jangan ngejek Calla dulu. Dia berlari pelan karena ini sudah putaran kedua! Coba bayangkan, jalan sepanjang ini mereka jajaki dua kali.

"Sini duduk dulu." Ajak Saka yang sudah duduk berselonjor di trotoar jalan. 

Calla pun menyusulnya. Melihat orang-orang masih lari membuat ia meringis, bisa pada kuat gitu ya? Kemudian pandangan matanya mengarah di jalanan sebelah kirinya. Tak jauh dari sana sudah terlihat lapak tenda-tenda biru yang memenuhi jalan. Beberapa orang yang tadinya lari sepertinya pun mulai mengarahkan diri untuk kesana.

"Kalo habis lari kakinya jangan ditekuk, coba lurusin."

Tanpa penolakan, kaki Calla sudah sejajar dengan Saka. Terlihat pendek, apalagi panjangnya hanya sebatas atas mata kaki saka.

"Tunggu disini sebentar ya." Ucap Saka yang sekarang sudah berdiri.

"Kakak mau kemana?"

"Sebentar, kamu duduk dulu." Ucapnya lagi sembari membuat langkah lebar-lebar. Bahkan langkah itu pun bisa dikatakan lari untuk Calla.

Dari tempatnya duduk pun Calla sesekali melihat Saka yang berlari mengarah ke tenda biru. Kak Saka nggak mungkin ninggalin aku disini kan?

Lihat selengkapnya