Sincerity

Sindiaasari
Chapter #33

Tiga puluh dua

"Permisi, ini pesa--"

Bibir dua orang itu langsung terkatup rapat tak melanjutkan pembicaraan. Calla kaget melihat si mas pelayan-- bukan mas pelayan, tapi Raka-- yang mengantarkan pesanan itu ke meja mereka. Raka juga tak kalah kaget dengan keberadaan Calla disini. Terlebih ketika dia melirik orang yang bersama Calla itu adalah orang yang sama dengan laki-laki yang sempat mengantarkan Calla tempo hari. 

"Ini pesanannya, silahkan." Ucap Raka kemudian. Tangannya dengan cekatan memindahkan piring rotan itu beserta si teh hangat manis. Tentu, pandangan Raka sudah berpindah ke nampannya. 

"Selamat menikmati," usai mengatakan itu Raka langsung pergi begitu saja. Tidak sekalipun melirik Calla sebentar. Padahal pandangan Calla sendiri tidak lepas dari raga Raka saat ini. Calla memantengi punggung itu menjauh, bahkan dari posisinya sekarang Calla dapat melihat Raka yang biasa saja. Laki-laki itu seolah tidak pernah kenal dengan dirinya. Sekarang saja dia sudah sibuk dengan para calon pembelinya. 

Jadi, Raka kerja disini juga. Tapi kenapa tadi aku nggak liat dia?

"Cal?"

Panggilan Saka membuat Calla tersadar. "Eh iya kak?"

"Kamu-- oke?" Tanyanya hati-hati. Sebenarnya Saka sudah tau apa yang terjadi antara Calla dan Raka. Tentu saja ini semua dari Mira-- mama Calla. Maka dari itu baru-baru ini ia berani mengajak Calla pergi. Tak seperti waktu pertama yang Saka langsung menjauh karena tau Calla sudah punya kekasih.

Calla mengangguk sebagai jawaban. Perempuan itu menarik napas lalu mengembuskannya pelan. Tersenyum kecil pada Saka kemudian mulai menyantap nasi pecel dihadapannya.

Dua orang itu makan dalam diam. Calla yang kebetulan duduk mengarah tepat di mana Raka berada mempermudah perempuan itu mengawasi setiap gerak-gerik mantan kekasihnya. Calla tersenyum kecut ketika mendapati Raka tengah menebar senyum pada para pelanggannya. Pasalnya Calla sudah lama sekali tak melihat senyum itu. 

Segala ekspresi Calla tidak luput dari pengamatan Saka. Laki-laki itu dengan jelas melihat sorot kerinduan di mata bulat perempuan itu. Tapi jauh didalam sana, Saka juga bisa melihat sebuah rasa sakit. Sebuah luka yang entah kenapa tak bisa tertutup sempurna oleh si rindu. Sorot lembut yang biasanya Calla pancarkan sekarang berubah sendu. Bahkan mata itu kini sudah berkaca. Tetapi seperkian detik kemudian Saka dibuat takjub oleh pergantian mimik Calla yang sangat cepat. Sorot itu sekarang sudah kembali seperti semula. Lembut dan hangat dalam satu waktu.

"Setelah ini kita beli es goreng ya kak. Aku udah rinduuu banget sama pak Gatot, eh es goreng pak Gatot maksudnya." Ucap Calla diikuti tawa renyahnya. 

Saka cukup tersihir. Mau tak mau pemuda itu pun ikut tertawa dengan jokes recehnya Calla. Setelah selesai dengan nasi pecel sebagai sarapan, kini keduanya menyusuri jalan guna mencari suara familiar dari penjual es goreng itu. Lagi-lagi perempuan manis itu memimpin jalan. Saking senangnya, Calla bahkan rela menyempil-nyempil di padatan orang. Maklum, tubuhnya kecil. Sedangkan Saka sendiri tertinggal cukup jauh. Saka tidak bisa ikut menyempil seperti Calla.

Lihat selengkapnya