Sincerity

Sindiaasari
Chapter #39

Tiga puluh delapan

Setelah genap sembilan hari tidak bertatap muka dengan Calla, akhirnya di hari ke sepuluh Saka bisa bertemu kembali dengan gadis itu. Entahlah, satu minggu kemarin Saka merasa-- kesepian? Kesibukannya mengejar ketertinggalan mata kuliah yang ia lewatkan hanya karena menghilangkan luka lebam membuatnya lumayan gila. Perlu kalian tau, luka itu baru samar di hari ke tiga. Tentu kalian juga akan paham bagaimana keruhnya pikiran Saka ketika berada di rumah.

Tentu, komunikasi mereka masih tetap berjalan. Tapi bertukar pesan dengan Calla selama itu tak mampu membuat Saka merasa cukup. Rasa-rasanya memang ada yang kurang ketika tidak berbicara secara langsung. Yah walaupun tidak ada sesuatu yang mungkin bisa dibilang pembicaraan berbobot, tetapi hal itu mampu membuat Saka merasa bahagia. Saka sudah berada di tahap bahagia, efuoria itu sudah bukan lagi masuk dalam kategori senang. Rasanya hangat, nyaman, dan mengalir begitu saja.

Tetapi hari ini berbeda. Pemuda tampan itu banyak diam meskipun Calla ada dihadapannya. Dan pembicaraan kali ini pun banyak didominasi oleh Calla. Walaupun Saka masih bisa menanggapi segala pembicaraan yang Calla ajukan, tetapi tak jarang juga pikirannya berada di alam bawah sadar. Hal ini dipicu oleh hari dimana ia mengetahui satu fakta tentang Raka. Pasca pertemuannya dengan dokter Wahyu tempo hari, Saka menjadi punya satu pikiran yang terus berputar di otaknya. Tentang Raka yang ternyata mempunyai sebuah sindrom membuat Saka --tidak tau, Saka pun bingung kenapa. Informasi itu memang tidak ia dapat secara lengkap. Tentu ini adalah sebuah privasi yang harus dijaga. Tetapi mengetahui sindrom yang diderita Raka saat ini membuat pikiran Saka cukup terganggu.

Satu pertanyaan yang terus berputar di kepalanya, apa ini penyebab dari putusnya hubungan Raka dan Calla?

Saka memang tidak tahu persis mengenai pemicu dari putusnya hubungan keduanya. Tentu Mira tak menjelaskan juga secara rinci. Yang ia tahu, mereka putus karena Raka pernah berlaku kasar. Toh Saka juga tidak terlalu ambil pusing. Mengetahui Calla yang sudah tidak terikat dengan seseorang tentu sudah cukup membuat perasaanya lega. Asalkan alasan putus itu bukan karena kehadirannya yang pernah muncul di tengah-tengah hubungan mereka.

Sebentar, perlakuan kasar dan Alien Hand Syndrome. Tiba-tiba pikiran Saka menjurus pada satu hal. Setelah dia melakukan sebuah riset --karena jujur awalnya dia juga tidak tau jenis sindrom seperti apa AHS itu-- Raka tergelak. Jangan-jangan perlakuan kasar yang diterima Calla itu adalah sebuah aksi dari sindrom itu? Tentu Saka tau aksi tersebut adalah aksi yang berada di luar kesadran.

Apa Calla takut karena Raka menyakitinya? Atau,

Calla sebebarnya tidak tau Raka memiliki sindrom ini?

Alih-alih semakin merasa senang karena informasi ini, Saka justru menjadi takut. Pemuda itu mempunyai satu kekhawatiran yang merujuk pada hubungan awalnya dengan Calla. Dia merasa kalau hal yang baru ia ketahui ini malah akan membuatnya semakin jauh untuk dekat dengan Calla. Terlebih ia pernah memergoki tatapan Calla yang seolah masih mencintai Raka.

"Kak Saka?"

Lihat selengkapnya