"Apa yang membuat kamu terus mengikuti kami berdua?"
Raka yang baru saja melepas helm miliknya itu langsung terlonjak kaget. Suara laki-laki yang tepat berada di belakangnya kali ini langsung membuatnya mengumpat. Sialan dia ketahuan! Padahal dia tadi melihat laki-laki itu sudah naik ke tangga bersama Calla. Tapi kenapa sekarang jadi kembali di parkiran lagi?!
"Saya sedang tanya kamu. Sunday morning, gedung pameran lukisan, dan sekarang Bukit Paralayang."
Lagi-lagi Raka dibuat kaget oleh pemuda itu. Darimana dia tau? Rasanya Raka sudah berhati-hati agar tidak ketahuan mereka. Tapi kenapa laki-laki bernama Saka ini tau dia membuntuti keduanya?
"Gue perlu ngobrol sama lo." Setelah mengucapkan itu Raka turun begitu saja dari motornya. Melangkahkan kaki ke sebuah warung di dekat parkiran. Biar saja dia melangkah asal. Toh kalau laki-laki bernama Saka ini paham pasti akan mengikuti sendiri.
"Gue nggak mau basa-basi. Lo juga udah tau kalo gue ngikutin kalian. Jadi, mungkin ini saatnya gue bilang ini ke elo."
"Gue harap kedekatan lo dengan Calla ini tulus. Enggak buat main-main." Raka tertawa sebentar. Tapi rautnya kentara sekali dengan ketidakrelaan. Siapa yang rela ketika harus melepaskan padahal masih sayang? Raka yakin tidak ada yang mau. Tapi mau bagaimana? Ini sudah menjadi garis dari hubungannya dengan Calla. "Kalo lo emang bener-bener sayang sama dia, jaga. Jangan pernah nyakitin dia. Jangan jadi orang bodoh yang bisa buat Calla nangis. Dia berharga buat gue, dia--"
"Kalo dia berharga buat kamu, nggak mungkin kamu dan saya ada di posisi sekarang. Kamu juga nggak bakalan nyakitin dia, dan hubungan kalian nggak ada di tahap ini."
Raka menatap tajam. Giginya sudah beradu tanda marah. Marah untuk dirinya sendiri. Marah untuk dia yang harus melepaskan Calla. "Gue emang nggak kenal sama lo. Tapi gue bisa liat kalo lo mungkin adalah pengganti gue. Gue rasa lo orang baik. Jadi jaga Calla sama seperti gue jaga dia melebihi jaga diri gue sendiri."
"Saya nggak akan menjaga Calla seperti kamu. Saya adalah saya, dan kamu adalah kamu. Saya akan menjaga Calla dengan cara saya sendiri. Tapi tolong, jangan muncul lagi karena dengan kemunculan kamu, kamu hanya akan terus membuka luka Calla. Saya memang tidak tau hal apa yang membuat kamu bisa menyakiti perempuan seperti Calla, tapi untuk kali ini saya tidak akan membiarkan kamu menyakiti dia lagi."
Setelahnya Saka berdiri. Pembicaraan kali ini ia rasa sudah cukup. Pemuda itu pun kemudian melangkah menuju dalam warung. Memesan dua pop mie dan dua air mineral agar bisa menjadi alasannya ketika nanti Calla menanyakan.
"Calla lebih suka rasa baso daripada soto." Saka menoleh. Mata mereka sempat bertemu sebelum Raka memutuskan terlebih dulu dan pergi menuju motornya. Dapat ia lihat laki-laki itu sudah keluar dari area parkir Bukit Paralayang.
"Jadinya bagaimana mas? Soto atau baso?"
"Satu soto dan satu baso bu."
***
"Kamu masih ada rasa sama Raka?"