Singgah

Tia Mariadi
Chapter #9

Pergi Untuk Kembali

Tiga minggu kemudian....

“Rayyaaan....hebat kamu! Gila! Masuk lima besar brooo!” seru Irwan. Sepulang sekolah, Irwan, Hendra, Nina, Zahra mengunjungi Rayyan di rumah sakit. 

“Oh ya? Jangan marah ya, Nin. Tahun depan, pasti kamu lagi yang masuk lima besar”

“Ya iyalah, itu pasti. Kali ini, aku kurang belajar aja makanya nilaiku beda tipis sama kamu,” tukas Nina. 

“Huuu, sombong!” ledek Rayyan. Irwan, Hendra, dan Zahra terkekeh geli.

Tiba-Tiba Rayyan mengulurkan tangannya ke arah Nina. Nina tersenyum dan menyambut uluran tangan Rayyan. “Maafin aku ya, Nin. Aku sering nyakitin kamu. Yang dulu itu, sakit banget yaa?” Rayyan mengulum senyum. 

“Ya sakitlah! Nina udah maafin Rayyan dari dulu. Maafin Nina juga ya yan,”

Rayyan mengangguk pelan lalu tersenyum manis. Hendra melirik tangan Rayyan dan Nina yang masih bersalaman. 

“Ekheeem! Uhuukkk..uhuuukk! cieeeehh....ngga dilepasin tuh bro, tangannya” Rayyan terlupa. Dengan cepat ia melepaskan tangan Nina. 

“Cieeeeh...Nina. Awas lho, setelah ini bakalan ada judul sinetron baru. Kira-kira apa ya wan, judulnya?” ledek Zahra. 

“Hmmm...Menurut aku ya ra, judul yang cocok itu...cintaku bersemi di rumah sakit!” celetuk Irwan. Tak ayal semuanya terkekeh geli mendengar ucapan Irwan. 

“Udaaah...jangan ngaco yaa. Aku sama Nina itu temenan aja. Iya kan Nin?”

“Ya iyalah. Lagian Rayyan juga bukan tipe Nina”

“Ciiiaaaah...Ninaaa. Kamu ngga tau apa, kalau Rayyan itu menjadi idolanya adik-adik kelas kita,” seru Hendra. 

“Tauuuu. Ya itu mereka bukan Nina,”

“Iya deh iya. Kita lihat nanti ya gimana tipenya Nina,” tambah Zahra

“Tuh, dengeriiin wan...ndra...” Rayyan tertawa geli. Ia tahu sebenarnya Hendra menyukai Nina, tapi sahabatnya itu hatinya kecut seperti jeruk. Ia tidak berani mengatakannya. 

“Teman-teman..terima kasih ya, udah mau jenguk aku. Mohon maaf yaa atas segala kesalahan dan kejahilan aku sama kalian semua. Insyaallah, lusa aku sama tante Inggrid akan berangkat ke Singapura. Bunda Lydia udah mengurus semuanya,”

Mereka tersenyum bahagia. Mereka senang Rayyan telah berubah. Irwan dan Hendra pun mengikuti jejak Rayyan. Sekarang mereka rajin ke sekolah dan membuat tugas.

“Kamu dapet salam dari teman-teman kita yang lainnya, yan. Mereka ngga bisa datang karena ini kan rumah sakit. Ngga boleh rame-rame. Semoga cepat sembuh ya,” tukas Zahra. 

“Makasih ya ra. Titip salam ya buat mereka semua.”

“Insyaallah” Zahra mengulum senyum. 

“Oh iya, Zahra nanti bakalan kuliah di Malaysia lho, yan” tukas Nina. 

“Seriusan ra?” Zahra mengangguk pelan lalu tersenyum. 

“Sahabatnya ayah merekomendasikan salah universitas yang bagus di sana untuk jurusan yang akan aku pilih. Ayah menyetujuinya.”

“Alhamdulillah, kalau ada waktu ke Singapura yaa? Malaysia – Singapura kan deket,”

“Yaaaa...kita lihat aja nanti,” Rayyan tersenyum manis. Sementara Hendra dan Nina terpaku melihat Irwan yang sudah meneteskan air matanya. 

“Astaga, kamu kesambet apaan waan?” tanya Hendra. 

“Iya nih, sampe nangis kayak gitu,” tambah Nina khawatir. 

“Ka..kalau yan pergi, siapa lagi ya yang mau nraktir aku jajan,” 

“Hiyaaaaaah....” semuanya terkekeh geli mendengar ucapan Irwan. Rayyan langsung merangkul Irwan dengan erat. Tangisnya semakin pecah dipelukan Rayyan. Saking sedihnya, Irwan memeluk Rayyan dengan lama sekali sampai yang lainnya harus menarik tubuh Irwan dari Rayyan ketika mereka mau pulang. 

****

 Tante Inggrid datang. Setibanya di rumah Rayyan, suara hebohnya sudah membahana kemana-mana. 

“Yuhhhuuu...Assalamu’alaikum mbak. Aaaaa...prince charmingnya tante makin ganteng ya sekarang,” Inggrid memeluk Rayyan dengan erat sehingga Rayyan oleng dan sulit bernapas. 

“Waalaikumsalam. Eh, Inggrid..Inggrid...kasian tuh anak ngga bisa napas gara-gara kamu peluk begitu,” tukas Lydia seraya memukul bahu Inggrid dengan pelan. 

“Eh iya, maaf ya sayang. Habisnya tante gemesh liat kamu. Dulu kamu sekecil ini, eh sekarang udah lebih tinggi dari tante,”

“Hehehe. Kan Yan dikasih makan terus tan, makanya jadi makin ganteng kan sekarang?” Rayyan mengangkat-angkat keningnya. Lydia menggelengkan kepalanya lalu tersenyum.  

“Ini mah kebangetan gantengnya. Kamu baik-baik aja kan, sayang?”

Lihat selengkapnya