Singgah Lima Menit

Lisa
Chapter #1

Gue Pilih Lu, UKM Kewirausahaan!


“Singgah Lima Menit?”

Sepasang mata cantik Gemintang terkunci pada plang elegan di tepi jalan, hingga akhirnya dia terpaksa memandang depan kembali lantaran mobil telah melaju terlalu jauh dari tempat itu.

“Apaan tuh? Toko?”

“Iya, kayaknya gitu, Bang.” Sekali lagi Gemintang menoleh belakang, meski tak benar-benar bisa menatap tempat itu kembali. Meski hanya sekilas, sepetak bangunan tersebut membekas nuansa khusus dalam benak.

Aura yang memancar dari tempat itu sungguh unik, seperti aroma pekat air hujan bercampur dengan asap tipis khas kue baru matang dari panggangan dan sebuah jus jeruk peras di sebelah. Sendu, menenangkan, tetapi juga segar.

Tanpa sadar, senyuman tipis gadis itu mengembang. Satu kalimat seketika menancap dalam di dasar sanubari, Gemintang ingin bekerja di sana. Entah dia akan berkuliah sambil menyambi part-time atau pun melamar di toko itu usai wisuda, yang pasti, dia kelak akan menginjakkan kaki di lantai tempat tersebut.

“Bintang, kuliah lu kapan mulai? Besok?” Suara lelaki lima tahun lebih tua darinya yang duduk tepat di sebelah Gemintang, memecah lamunan gadis itu. Dia kemudian sekadar mendapat anggukan sebagai jawaban sang adik.

Pria yang duduk di balik kursi kemudi mobil, melirik Gemintang dari kaca spion tengah. “Kamu sudah siap, Nak?”

Gemintang tersenyum lebar. “Tentu dong, Ayah.”

Wanita di samping pria itu, bahkan menoleh belakang untuk menatap langsung putrinya. “Kalau masih takut tinggal di tempat baru, Bunda bisa menginap di hotel dekat kost kamu biar bisa sering-sering jenguk.”

Gadis itu spontan mengangkat alis. “Gak usah repot-repot, Bun. Bintang cepat beradaptasi kok.”

Lelaki tepat di sebelah Gemintang, tiba-tiba mengacak gemas surai gadis itu. “Kalo ada cowok yang gangguin lu, bilang aja. Nanti Abang pasti bakal hajar dia sampai kapok! Ngerti?”

Gadis itu tertawa kecil. “Apaan sih, Bang? Bintang bukan anak kecil lagi, tahu.”



“Gak kerasa udah hari terakhir OSPEK aja …,” Gemintang berbicara pada diri sendiri, sambil meregangkan tangan. Entah sudah berapa jam dia duduk di auditorium kampus bersama seluruh maba, bahkan tak sedikit yang sudah sibuk mengobrol lantaran terlalu penat.

Gemintang meletakkan siku di pegangan kursi, lantas menyangga dagu dengan tangan. Agenda kali ini adalah perkenalan organisasi-organisasi oleh para senior. Sudah ada belasan penampilan, tetapi tiada satu pun yang membuatnya tertarik untuk bergabung.

Gemintang menghela napas, bahkan hingga detik terakhir promosi yang dilakukan oleh UKM Kesenian barusan, hatinya masih belum tergerak. Dari deretan daftar organisasi di catatan gadis itu, dia harus mencoret sebaris lagi. Kini hanya tersisa satu. Bila gadis itu masih belum juga tertarik, entah apa yang harus dilakukan agar tak berakhir menjadi mahasiswa dalam lingkaran menyesatkan kuliah-pulang-kuliah-pulang.

“Berikutnya, UKM Kewirausahaan! Silakan!”

Gemintang menutup mata cukup lama, kemudian membukanya kembali dengan pelan tanpa semangat. Pembuka penampilan yang luar biasa, masih saja tak menarik perhatian khusus dari gadis itu.

Namun, sejurus kemudian, dari bermalas-malasan, Gemintang langsung mengubah posisi duduk menjadi tegap. Matanya melebar, mendapati layar yang menampilkan jelas sebuah toko dengan plang elegan bertulis sesuatu yang sangat akrab bagi gadis itu.

Lihat selengkapnya