Singgah Lima Menit

Lisa
Chapter #8

Adimas Mengantara

“Bintang. Buruan ih!” Panggil Rana.

Sejak bergabung dalam UKM, Gemintang sudah harus mengatur waktu antara kuliah dengan UKM-nya, belum lagi tugas yang menumpuk. Tapi karena ia mencintai pilihannya, maka ia harus bertahan.

“Ayo.”

“Lima menit lagi, Bi...,” hembus Rana.

“Ya udah, ayo. Eh, Kiya? Mana?”

“Bareng Fauzi.”

Gemintang bertanya, “Fauzi?”

“Iya. Tadinya mau jemput Lo, tapi gue bilang bareng Kiya aja, soalnya Lo masih tidur.”

“Rana ih. Kok—"

“Lain waktu aja jelasinnya. Sekarang terus otw kampus.”

——

Penampilan yang kurang rapi, membuat Gemintang merasa tidak pede, baju yang tidak disetrika, mata yang masih mengantuk dan Rana yang terus mengomel karena hari ini adalah kelas perdana di mata kuliah umum Bahasa Indonesia. Rana dengan sifat rajinnya yang takut dihukum, dan Gemintang yang terlambat bangun. Huhu, maafkan Gemintang Rana.

Keduanya memasuki ruangan T107. Dan tinggal empat kursi yang tersisa. Tiga di depan, satu di belakang. Rana yang malu banget, segera berjalan cepat ke belakang tepat di samping kanan Kiya. Sedangkan Gemintang terpaksa duduk di depan, meski tidak suka, Gemintang bisa apa, resiko orang yang terlambat.

Gemintang mengeluarkan ponselnya, dan mengirim pesan pada grup mereka.

Gemintang

Rana jahat ih...

Rana

Malu banget sumpah!

Kiya

Hahaha. Besok-besok terlambat lagi ya @Gemintang

“Pagi.”

Gemintang kaget, suara Adimas langsung ia kenali. Gemintang salah tingkah ketika Adimas benar-benar duduk di samping kanannya. Entah ini sebuah keberuntungan atau apa, Gemintang baru tau jika hari ini kembali satu kelas dengan senior di mata kuliah umum, dan dia adalah Adimas. Gemintang pikir, percakapan di Tanggul jadi percakapan yang tidak berlanjut, ternyata lagi-lagi ia kembali bertemu di sini. Senyum Adimas yang tidak pernah luntur dari bibirnya membuat Gemintang kagum, apa Adimas tidak punya masalah, bawaannya senyum mulu.

“Pagi,” ulangnya.

“Eh, pagi juga Kak.”

“Nama Lo?” Gemintang terdiam.

Deg.

“HAHAHAH. Muka lo astaga!” gelak tawa Adimas, “canda. Nggak bakal gue lupain.”

Pengen jungkir balik, batin Gemintang tertawa. Entahlah. Rasanya keluh untuk menjawab. Berbeda jika Gemintang berhadapan dengan Rama, yang ada kesal terus. Adimas ini sungguh sebuah kejutan.

“Selamat pagi.” Suara tegas memasuki ruangan.

Lihat selengkapnya