“Saya lihat, memang kalian sudah sangat bagus dalam menjalankan usaha kita, Singgah Lima Menit.” Sore ini, Pak Darman meminta seluruh anggota UKM Kewirausahaan datang ke toko. Beliau ingin memeriksa keadaan secara langsung sekaligus meminta mahasiswa untuk melaporkan beberapa hal.
Gemintang sesungguhnya sudah cukup lelah hari ini, usai mengikuti tiga kelas perkuliahan, tetapi keberadaan sang Dosen Pembina UKM memaksanya untuk tetap bersikap antusias. Sementara sang putra dari orang itu sendiri, justru sekadar sibuk bermain ponsel tanpa menoreh perhatian sama sekali, tiap kali dia melirik Rama.
Pak Darman lantas beranjak. "Begitu saja. Kalian boleh kembali bagi yang tidak memiliki jadwal mengurus toko."
Gemintang langsung meninggalkan toko, lantaran dia memang tak ada urusan di tempat tersebut selain berjaga di malam hari sesuai jadwal yang diberikan Pak Darman. Gadis itu asal mampir ke kedai terdekat untuk membeli minuman.
Gemintang berencana langsung kembali ke kost dan tentu saja dia melewati Singgah Lima Menit kembali. Sekarang masih pukul setengah empat sore, tersisa tiga puluh menit sebelum toko ditutup.
Semula gadis itu sekadar ingin menengok sekilas dari tepi jalan. Namun, begitu mendapati keberadaan seseorang yang menarik, dia memutuskan untuk mampir. Beberapa mahasiswa sibuk membersihkan dan merapikan barang-barang bekas di rak yang dijual. Sementara sisanya melayani satu dua pengunjung datang.
Satu yang terkunci dalam pandangan Gemintang, seorang pemuda sibuk berdiri di balik meja kasir. Dia cekatan mengurus pembayaran, benar-benar tampak ahli, sayangnya sedikit senyuman kecil pun sama sekali tak terlihat.
Gemintang menghampiri pemuda itu. Meletakkan satu siku di meja, sedangkan tangan lain menyangga cup minuman. "Eh …," dia berlagak terheran, "Kak Rama ternyata bisa jadi kasir juga, ya? Kirain cuma bisa marah-marah doang."
Tatapan tajam Rama seketika mengarah ke gadis itu. "Kalo urusannya sama lu, iya, gue marah-marah doang."
"Kak Rama mah …," Gemintang berlagak peduli, padahal aslinya tidak sama sekali, "baik dikit dong jadi orang. Kalo ketus terus, nanti gak punya-punya pacar, lho."
Rama langsung menyahut ketus, "Diam lu."
"Senyum dikit kenapa sih?" Gemintang mengangkat alis heran. "Para pengunjung toko kayaknya banyak yang tertarik sama Kak Rama. Kalo berhasil dapatin hati pengunjung dan bikin mereka balik ke sini terus—meski aslinya cuma buat lihatin Kak Rama—toko kita bisa sukses besar."
Lirikan pemuda itu pada Gemintang belum berhenti dan bahkan menjadi kian menusuk. Rama agaknya menggerutu habis-habisan dalam hati akan tingkah gadis tersebut.
"Coba lihat, pas Kak Rama ketus aja kita bisa dapat banyak pengunjung." Gemintang menengok komputer di meja kasir, memastikan memang ada jauh lebih banyak barang terjual daripada hari biasa. "Apalagi kalo—"
Seketika, gadis itu terbelalak. Dari deretan nama barang bekas dan beberapa keterangan diperlukan yang tertulis di sana, salah satu baris menarik perhatian habis-habisan dan sama sekali tak bisa diabaikan begitu saja.
Lampu gantung.