Cuma peduli, nggak lebih
jadi jangan terlalu berharap
🍒
Pukul 23 : 32 Gemintang menegadah ke langit malam. Jauh di atas sana, bulan dan bintang pun sedang menatapnya. Sesaat merindukan seseorang yang jauh dengannya, papa-mama dan Abang kesayangannya, Esther. Hingga berlarut-larut meratapi kekosongan kursi di depannya. Chat yang lima jam lalu dikirim ke Rama cuma di read doang dan tidak ada tanda-tanda cowok itu akan membalasnya.
Boleh ketemu nggak? Gue pengen bicara... Urgent!
“Kata lu urgent...,” lirih Gemintang.
Otak Gemintang mulai overthinking, dimana tindakan Rama yang tidak datang adalah kesengajaan. Mata Gemintang mulai memanas, membayangkan jika Rama benar-benar niat membuatnya menunggu dan berpura-pura lupa dan semua tentang sandiwara untuk balas dendam, Gemintang merasa sesak, takut dan kecewa yang bersamaan.
Apa iya begitu? Kok rasanya perasaan gue emang bener!
Gazebo yang tadinya terisi penuh oleh muda-mudi, kini hanya beberapa saja, itu pun cowok dan dirinya yang seorang cewek. Gemintang tentu takut, belum lagi cowok-cowok itu pada melihat ke arahnya sambil berbisik-bisik, makin takut dan akhirnya menangis.
“Gue takut, Kak!” gumam Gemintang, kedua tangannya gemetar.
Ubi goreng yang dipesannya dua porsi kini dingin dan tak disentuh sedikit pun oleh Gemintang.
“Hey!” Gemintang terlonjak, seseorang mendekat, cowok berambut gondrong dengan Jaz Almamater kampus yang sama dengannya.
“Iya.” Gemintang mencoba bersikap tenang, walau takut banget.
“Gak usah takut,” katanya tersenyum, ia sangat paham tatapan cewek manis di depannya. Yang sejak awal telah diperhatikannya, dan sampai mau pulang pun nggak tega membiarkannya sendiri.
“Gue cuma mau nanya, lu sendiri atau emang lagi menunggu seseorang, mungkin?” tanyanya.
“Nunggu seseorang, Kak,” jawab Gemintang setenang mungkin.
“Oh oke. Mau gue anterin pulang?”
“Nggak Kak, Makasih.”
“Iya, kalo gitu gue balik ke sana ya, kalo butuh sesuatu, panggil gue aja. Aldi.”
“Iya Kak.”
Cowok yang bernama Aldi itu kembali ke kurisnya bersama senior lainnya. Gemintang menghela napas, awalnya ia mengira dibisikin aneh-aneh, padahal nyatanya mereka baik. Ya mungkin awalnya mereka berpikiran yang buruk tentang Gemintang, cewek kok sendiri sampai tengah malam lagi. Huhu.
Gemintang kembali memeriksa pesan WhatsApp dari Rama, dan hanya berakhir kesedihan. Cowok itu bahkan online, dan sekarang tiba-tiba off. Rama benar-benar membuat Gemintang bingung. Gemintang merapatkan cardigan rajutnya, hawa dingin di Tanggul memang terasa lebih menusuk kulit saat-saat menuju larut malam. Dan Gemintang menunggu Rama selama itu.
Kenapa lu mau Bi? Apasih sebenarnya yang lu tunggu?
Kiya Luv : Bi? Belum pulang... Pasti asyik banget ya sama Kak Rama!
Nggak asyik, nggak ngajak!
Tau-taunya lama...)
Gemintang tersenyum kecut membaca pesan Kiya.
Rana Luv : PAP elah!
Kak Rama ngomongin apa aja sih, kok lama banget?
Bi!
Bi!
Apalagi pesan ini, Gemintang menyimpulkan jika kedua temannya bakal ketawa sepuasnya kalau tahu dirinya sendiri sejak tadi dan Rama berhasil membuatnya menggalau.
“Dan gue tetap nunggu sampe sekarang, Kak!” ucap Gemintang melihat ke arah kumpulan senior yang bernama Kak Aldi.