Singgah Lima Menit

Lisa
Chapter #43

Kotak Biru


Lihat, dia bilang?

Hanya satu kata, tetapi membuat Gemintang sangat tersentak. Dia berusaha tenang, tetapi syaraf-syarafnya sampai ke ujung kepala terlanjur menegang. Keringat dingin bercucur deras, seiring matanya memindai sekitar.

Tak ada seorang pun selain dirinya dan Rama.

Namun, bila Rama berkata begitu, maka seharusnya ….

"Ap—" Gemintang gugup dan gelisah. Ini bukan situasi yang dia sukai. Pertaruhan antara bisa atau tidak melihat atma. Lebih lagi, untuk kedua kalinya. Hal ini selalu membuat Gemintang jauh lebih tertekan daripada yang pernah dia rasakan—karena dia terlalu takut apabila ternyata masih tak bisa melihat atma. "Apa … Huta ada di sini?"

Rama menghela napas. "Huta emang gak ada di sini."

Gemintang menjadi agak terbelalak kebingungan. Lantas, apa yang dimaksud Rama? Dia tak melihat apa pun selain pemuda menyebalkan berwajah tak menyenangkan yang berdiri di depannya—

Dari belakang Rama, muncul anak lelaki kecil.

Gemintang langsung melonjak gembira. "Daluang!" Begitu atma itu datang padanya, dia langsung memberikan pelukan erat. "Gue tahu lu pasti bakal kembali!"

Rama agak tersentak mendengarnya. Gemintang tahu bahwa atma tersebut akan kembali? Bagaimana bisa? Apa yang ada di pikiran gadis itu? Rama telah menjelaskan terang-terang bahwa Daluang telah menghilang hari lalu, lantas apa yang membuatnya masih bisa memiliki keyakinan seperti itu?”

“Kak Rama …,” dari nada bicaranya yang sedikit terdengar kesal, Rama yang baru tersadar dari lamunan menduga bahwa Gemintang telah memanggil untuk kesekian kalinya. "Apa … gue berkhianat ke atma lagi? Soalnya, gue jadi bisa lihat atma lagi …."

"Enggak kok, tenang aja. Barusan emang Makappareng, tapi konsepnya beda sama yang pas pendaftaran UKM dulu," kata Rama. "Gue minta lu buat memilih salah satu kotak, lalu tanya apa lu mau ngasihin kotak itu ke orang lain. Artinya, lu menginginkan sesuatu, tetapi begitu mendapatkannya, lu mau merelakannya buat orang lain yang juga sama-sama menginginkan."

Rama melanjutkan, "Ini namanya Makappareng Hilir. Dengan ini, kemampuan melihat atma yang didapatkan bukanlah kutukan, melainkan hadiah."

Makappareng Hilir adalah tipe Makappareng khusus yang tidak bisa dilakukan sembarang orang. Bila Gemintang berhasil melakukannya, maka apa yang dikatakan Darman memang benar, artinya gadis ini adalah orang istimewa.

"Apa lu tahu orang-orang kayak apa yang memiliki cukup perasaan dan perhatian buat menggetarkan hati atma sehingga berhasil melakukan Makappareng?" ujarnya. Namun, sebelum Gemintang sempat mengatakan apa pun, Rama menjawab sendiri, "Itu adalah orang-orang yang sangat berperasaan dan peduli terhadap orang lain, bahkan bila harus mengorbankan diri sendiri."

Rama menatap gadis itu, tanpa menyadari bahwa sorot matanya menjadi sedikit lebih halus. "Lu mungkin gak sadar, tapi lu memenuhi itu, Gemintang … bahkan lebih.”

Kemudian, Rama menyerahkan kotak putih yang tersisa. "Buruan ke toko dan balikin ini ke rak." Logatnya kembali ke si kating menyebalkan yang pemarah, "Lu pasti gak dengerin omongan gue buat keluar dari UKM Kewirausahaan, 'kan? Sekarang, setelah bisa ngelihat atma kembali, lu harus mulai jagain toko lagi!"

Namun, kali ini, mau Rama bersikap ketus atau bahkan sampai membentak-bentak pun, Gemintang tak akan mempermasalahkan. Pasalnya, dia sedang dalam semangat menggebu dan mood yang sangat baik. Dia benar-benar tak sabar untuk bertemu para atma kembali. "Siap! Makasih banyak, Kak Rama!"

Pemuda itu tersenyum tipis dan mengangguk.

Senyuman lebar Daluang yang manis dan menggemaskan ikut mengembang. Berdiri sambil memegang ujung lengan Gemintang, dia mendongak menatap si pemuda. "Aku tahu Rama itu sesungguhnya sangat baik hati. Terima kasih!"

Beberapa detik Rama terdiam, kemudian menjawab lirih dengan agak keringat dingin, "I … iya."

“Gue ke toko sekarang, ya, Kak!” Tanpa menunggu balasan dari sang senior, Gemintang langsung beranjak pergi. Gadis itu tampak sangat gembira, sesekali melompat-lompat kecil antusias.

Rama memandang Gemintang terus menjauh, cukup lama, tanpa mengalihkan perhatian sama sekali. Kemudian, gadis itu akhirnya menghilang juga di belokan gerbang auditorium.

Lihat selengkapnya