Singgah Lima Menit

Lisa
Chapter #47

Nggak Aesthetic


“Bintang.” Suara Adimas begitu lantang memanggil namanya.

Gemintang menoleh dan melihat Rama ditarik ujung kemejanya untuk lebih mendekat kearahnya. Gemintang was-was, apakah harus memasang wajah jutek sama seperti Rama. Namun pada akhirnya ia malah tersenyum manis, bukan terpaksa, sumbernya paling dalam dari hati, ikhlas.

Adimas balas tersenyum,  ia jujur, ia rindu melihat senyum Gemintang. Beberapa hari ini, ia jarang bertemu, kecuali di kelas. Sejak kejadian tempo hari, ia agak canggung untuk sekedar menyapa langsung, berani di WhatsApp doang.

“Lu apa kabar?” tanya Adimas.

“Baik Kak.”

“Syukur deh, kalo ada waktu bisa kali jalan bareng lagi.”

“Iya Kak.”

“Apasih!” gerutu Adimas ketika Rama menyenggolnya.

“Nggak usah basa-basi lu!” bisik Rama.

“Bi, Rama mau ngomong tapi malu gitu—“

“Udah, anterin balik temannya,” potong Rama, ia lalu memandang Kiya, artinya Kiya akan di antar oleh Adimas. 

“Eh, nggak usah Kak, gue bisa—“

“Bilang iya apa susahnya sih.”

“Cewek nolak cowoknya bujuk—“

“Serah lu.”

“Ya udah, Bi gue anterin teman lu nggak apa-apa kan, Rama serius mau ngomong, tapi berdua aja.”

“Iya, Kak,” ucap Gemintang gugup, berdua dengan Rama tuh  mengerikan.

“Ram, awas lu kalo—“

“Sana lu pergi!” sembur Rama.

“Bi, gue duluan,” pamit Kiya. Gemetar juga berdiri diantara kedua senior yang paling banyak dibicarakan.

Adimas terkekeh, Rama tuh nggak akan pernah bisa kalau nggak marah. Kiya pun mengikut di belakang Adimas, kenapa jadi deg-degan juga. Pesona keduanya tidak jauh berbeda, damage-nya nggak ngotak.

“Hmmm, lu nggak ada acara kan?” tanya Rama.

Eh, ngapain basa-basi sih, langsung aja pengen ngajak lu jalan.

“Nggak ada.”

“Oke jadi nggak ada yang marah kan kalo jalan.”

“Siapa yang marah?” heran Gemintang.

Maybe, doi lu,” jawab Rama. Bingung mau ngomong apa.

Gemintang tersenyum, kenapa sih Rama aneh lagi hari ini. Biasanya jutek juga. Jadi malah terlihat menakutkan kalo jadi baik dan lembut.

Dasar dua kepribadian! Cibir Gemintang.

“Kenapa lu ketawa.”

“Emangnya nggak boleh,” sahut Gemintang.

“Boleh ngetawain gue maksudnya?”

Gemintang justru tertawa lebih lepas. Rama membeku, tawa seperti inilah yang ia inginkan, tulus dan tidak palsu, Adimas benar, senyum Gemintang itu mahal.

Astaga, gue kenapa sih! Gemintang memalingkan wajah setengah malu, kenapa juga harus tertawa.

“Diem nggak!” pinta Rama.

“Lucu!” ucap Gemintang pelan.

Shit, kok jadi gue yang salah tingkah, kenapa lu mengemaskan sih!

“Woy Rama, pacaran di parkiran pamali!” teriak teman Rama.

“Heh, urus aja diri sendiri!”

Teman Rama terbahak, meski Rama membalas dengan agak ketus, tapi percayalah aslinya lebih mengesalkan, hahaha.

“Buruan naik!” pinta Rama.

“Mau kemana emang, kan bicara doang, bisa di kampus juga tadi.”

“Nggak denger kata cowok tadi, kalo pacaran di parkiran tuh pamali!” lontar Rama.

Deg...

Pacaran! 

Pacaran!

Gemintang melayang seketika, apa maksud perkataan Rama barusan. 

“Salah ngomong gue, maksudnya tuh nggak baik bicara di parkiran dan juga  kita kan nggak ada apa-apa.”

Nah loh! Emang nggak ada apa-apa kok!

Rama tuh kalo ngomong suka dua kali, sekali bikin melayang sekalinya pengen nonjok tahu nggak! Dumel Gemintang.

***

Adimas tersenyum kecut di tempat persembunyiannya, setelah mengantar Kiya tadi, ia buru-buru balik ke kampus, hanya untuk memastikan Gemintang aman dengan Rama. Justru yang ia lihat lebih dari aman. 

***

Terkadang jujur itu sulit, tapi lebih sesak lagi jika dipendam. 


Rama menghentikan motornya di depan kedai Pink. Posisinya yang strategis menghadap ke laut  memandang sunset. First time Gemintang ke sini, ternyata jauh lebih aesthetic tempatnya. 

“Kata Adimas lu suka tahu siram,” kata Rama membuka helmnya, “kedai Pink satu-satunya yang sediain menu ini di tanggul, beda kalo di kampus, banyak.”

Gemintang mengangguk, sejak kapan Rama dan Adimas mengobrol, telebih soal dirinya dan makanan kesukaannya. 

“Nggak usah geer!” peringat Rama.

Mulai lagi, mending Kak Adimas!

“Nggak tuh, biasa aja,” balas Gemintang.

“Bagus.”

Gemintang berjalan lebih dulu mengitari meja dan mencari kursi ternyaman. Laut biru jauh lebih indah dipandang dari pada Rama. Gemintang sedikit bete, Rama tuh hobinya membuat mood seseorang hancur.

Ting...

Pesan WhatsApp

Kak Adimas 🍒

Hai Bi, masih aman kan?

Gemintang tersenyum, kemarin ia baru saja mengubah nama kontak Adimas, ia menambahkan emoji Cherry, cute aja, dan Adimas suka makan Chery.

Bintang 🥰

Hei, aman kok)

Di tempat berbeda, Adimas cemberut, kok jadi kesal sendiri membayangkan Gemintang tersenyum karena Rama atau terbahak-bahak dan seseru itu kebersamaan mereka. Payah.

Kak Adimas 🍒

Lagi makan ya?

Lihat selengkapnya