Singgah Lima Menit

Lisa
Chapter #50

ENDING — Diam di Sangka berandalan, Bergerak jadi cowok Romantis


Rana melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, waktu sudah menunjukkan pukul 14 : 57 namun Gemintang masih belum terlihat dari kelasnya. Yang hari ini berbeda mata kuliah dengannya. Rana kemudian menunggu saja sembari duduk di kursi panjang dan melamun.

“Lho, Rana, ngapain di sini?” heran Gemintang.

Rana mendongak dan segera bangkit dari duduknya. Matanya berkaca-kaca, tak malu di lihat orang banyak sekalipun. Rana memeluk Gemintang, dan menangis sesenggukan di bahu Gemintang.

“Bi, maafin Rana, ya.” Gemintang mengusap pelan pundak Rana, ia tidak tahu pasti kenapa Rana yang meminta maaf duluan.

“Gue juga minta maaf ya Ran. Gue belum terlalu ngertiin sikap lo, sorry.”

“Enggak Bi, gue yang salah. Gue yang kekanak-kanakan banget,” sesal Rana.

“Oke, duduk dulu ya, lo lebih tenang ceritanya.”

“Nih, minum dulu.” Kiya menyodorkan air mineral.

“Makasih Ky.”

“Sekarang lo boleh cerita, gue bakal jadi dengerin semuanya.”

Rana mengangguk dan benar-benar merasa bersalah terhadap Gemintang.

“Gue, gue—“ gugup Rana.

“Iya Lo kenapa?” Gemintang mencoba menenangkan.

“Gue sebenarnya suka sama Kak Rama.”

Gemintang tidak begitu kaget, ia sudah sadar akan perasaan Rana, dan memilih diam sebab Rana berhak atas hal itu, itu tanggung jawabnya.

“Udah lama, gue kenal kak Rama jauh sebelum kuliah Bi, dia kakak kelas gue pas SMA. Emang paling famous di sekolah, dan itu yang buat gue kagum sama dia,” ungkap Rana “dan kebetulan banget bisa ketemu dia lagi di sini. Sampe gue harus pake nomor baru biar bisa chat-tan sama dia. Dan betapa bodohnya gue, gue nemuin dia setelah gue buka kotak pink yang sebenarnya milik lo, Bi.” Rana terlihat begitu kacau.

“Pelan-pelan okey,” ucap Gemintang.

“Gue nemuin kak Rama, gue berani jujur soal perasaan gue, Bi. Dan kak Rama nggak bilang banyak, dia cuma ketawa sama temennya, abis itu dia bawa gue pergi dan ngomong baik-baik, dia bilang, perasaan itu jalan karena dua hati, kalo hati satunya gak jalan yang mau gimana, yang bakal sakit hati juga ya gue. Dan paling buat gue sedih, pas dia bilang dia suka sama lo Bi,” terang Rana, “lo bisa di sukai tanpa ngelakuin apa-apa. Dan itu buat gue sadar, kalo lo emang cewek spesial. Lo apa adanya, makanya Kak Rama suka sama lo, dan lo tahu, kak Adimas pun suka sama lo Bi, ini kak Rama yang bilang.”  

Otak Gemintang jadi blank, kenapa harus Adimas. Adimas adalah cowok versi terbaik yang pernah Gemintang temui, baik dan perhatian. Tapi, tidak lebih dari seorang senior.

 “Kak Adimas malah terjebak oleh masa lalunya, dan ragu juga ketika sama lo, hatinya bisa aja jalan dan stay sama lo, tapi lo-nya nggak Bi. Dan sekarang gue ngerti, lo pantes disukai kak Rama. Dan maaf buat kesalahan gue, yang ngejahuin lo karena nggak suka lo dekat kak Rama.” Permintaan maaf Rana dengan tulus.

“Kenapa nggak cerita, Rana.” Gemintang menatap Rana sedih. 

“Dan soal kotak ini,” kata Rana menyerahkannya pada Gemintang, “ini punya lo.”

Gemintang menerimanya, dan menggapai wajah Rana, lalu menghapus jejak air matanya. Ia paham keadaan Rana, cewek yang lagi jatuh cinta, wajar jika ia tidak suka dengannya, secara ia cukup banyak berinteraksi dengan Rama di tokoh namun jika seandainya Rama suka balik dengan Rana, Gemintang setuju-setuju saja. 

“Gue udah maafin, soal lo marah ke gue, gue sedih banget. Lo ngejahuin gue tanpa sebab, dan sekarang gue tahu alasan lo, dan gue nggak marah, Rana. Justru gue suka lo jujur, lo mau terbuka dengan kita,” ujar Gemintang.

“Iya Rana. Dan Bi, gue juga minta maaf, sebenarnya gue tahu tentang kotak itu. Tapi gue nge-jaga, agar lo dan Rana nggak salah paham. Tapi semuanya udah terjadi, tapi gue tetap sayang lo Rana, Bi.” Kiya merangkul kedua sahabatnya dan tertawa bersama.

Perdebatan adalah hal spesial yang pernah ada dalam persahabatan.


***

Saat keduanya telah pergi refreshing ke Tanggul, Gemintang segera masuk ke kamar dan menguncinya. Ia lalu mengambil kotak pink yang katanya dari Rama, dan beberapa hari yang lalu ada di tangan Rana, Gemintang tidak mempermasalahkan itu. Yang terpenting sekarang hubungannya dengan Rana kembali hangat.

Kotak lucu berwarna pink muda, terikat pita merah, dengan sticky note berwarna biru, yang bertuliskan.

‘Gue selalu suka senyum lo'

Gemintang tersipu, ia menutup wajahnya dengan bantal hello Kitty. Bagaimana jika Rama melihat wajah Gemintang yang berseri-seri sekarang, yang sudah pasti Rama akan besar kepala dan selalu menyebalkan. Diam di sangka berandalan, bergerak jadi cowok romantis.

Kemudian Gemintang mulai membuka kotak pink-nya, lalu kembali menemukan sticky note berwarna hijau. Tulisan yang rapi untuk ukuran cowok rese kayak Rama.

‘Dilarang BAPER'

Gemintang berdecak, “Kan gue bilang, emang rese nih orang.”

Di balik sticky note hijau, ada kotak kecil persegi panjang. Gemintang lantas membuka kotaknya dan menemukan kalung cantik dengan icon bintang kecil. Gemintang sangat suka, matanya berbinar-binar. Dan lagi-lagi Gemintang bertemu sticky note berwarna pink. 

‘Selamat ulang tahun Bintang di langit yang tinggi, amat banyak menghias angkasa… But, cukup jadi satu bintang di hati gue! Kesel karena gue kalah taruhan... ternyata gue suka lo di luar perkiraan gue!’

‘Tahu nggak? Gue taruhan sama Huta!’

'Dan sekedang dia menang!’

Rama suka Bintang...!

...I like you, just like the moon loves the stars...

Selain tersenyum, Gemintang tidak tahu lagi bagaimana cara mengekspresikan kondisi hatinya saat ini.  

Gemintang teringat mimpinya beberapa minggu lalu, ia bermimpi Rama mengatakan jika ia suka Gemintang, lalu pergi begitu aja, dan itu mimpi, hanya mimpi. Tapi apakah dengan sticky note Gemintang bisa percaya atau kembali bermimpi. Rama terlalu misterius, nggak romantis, tapi selalu bisa membuat hati Gemintang jungkir balik.

Tok...tok!

“Bintang!” panggil Rana.

“Bi, lo di dalam?” tanya Kiya, “Bi, lo nggak kenapa-kenapa kan.” 

“Bintang!” panggil Rana sekali lagi.

Rana mengetok lebih keras. Sampai Gemintang tersadar dari lamunannya tentang Rama. 

Lihat selengkapnya