Kehidupan terkadang tidak bisa ditebak. Arah kita melaju terkadang berbeda dengan apa yang kita inginkan. Tidak bisa menyalahkan keadaan, karena hal itu juga percuma. Semua sudah harus dipersiapkan dan di atur oleh diri sendiri.
Jangan menyalahkan sang pencipta untuk keadaan kita saat ini. Itu semua hanya ujian, dibalik masalah itu pasti ada rahasia tersembunyi. Bisa jadi itu merupakan berkah, kita tidak mengerti tujuan sang maha kuasa. Seperti cerita berikut ini.
Kisah ini menceritakan di dunia para fighter atau bisa disebut juga pejuang. Mereka sudah memiliki kekuatan sejak dilahirkan. Kekuatan mereka sangat beraneka ragam. Selain kekuatan yang dimiliki sejak lahir, ada juga kekuatan yang didapat melalui pembelajaran dan pelatihan.
Di antara para pejuang, banyak dari mereka bersaing untuk menjadi yang terhebat dan terkuat. Ada juga beberapa yang berusaha menjadi kuat hanya untuk melindungi diri. Tidak sedikit dari pejuang itu menjadi penjahat. Seperti dunia pada umumnya, ada orang jahat dan banyak juga yang baik.
Pulau Alzena
Cerita ini bermula dari kisah bocah berambut merah berumur 13 tahun yang bernama Asya.S. Dia tinggal bersama kedua orang tuanya di sebuah pulau yang terpencil bernama Alzena. Hanya mereka bertiga, manusia yang tinggal di pulau terpencil itu. Keluarga Asya membangun rumah di pesisir pantai pulau tersebut.
Asya tidak mengetahui dunia luar tempat para pejuang berada. Dia tidak pernah sekalipun pergi ke luar dari pulau Alzena. Bocah yang akan beranjak remaja itu, sudah puas hidup bahagia di lingkungan yang sangat indah bersama ayah dan ibunya.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup, ayah Asya menjala ikan dengan kapal kesayangannya. Terkadang juga ayahnya berburu hewan buas di hutan. Asya selalu mengikuti ayahnya bernelayan dan berburu. Dengan mengikuti ayahnya, Asya juga belajar untuk bertahan hidup.
Sedangkan ibu Asya berperan sebagai ibu rumah tangga pada umumnya. Pada pagi hari, dia akan membersihkan rumah imutnya yang hanya berukuran 10x10 meter. Rumah keluarga tersebut jauh dari kata mewah, sederhana namun cukup indah.
Rumah itu hanya beralaskan pasir berselimutkan jerami, atapnya terbuat dari ranting dan daun yang disusun. Sedangkan untuk temboknya dibuat dari kayu yang ditebang dari hutan oleh ayah Asya.
Ibu Asya selalu menyambut pujaan dan buah hatinya dengan senyuman setelah mereka pulang mencari bahan makanan. Selain membersihkan rumah, dia juga menyiapkan makanan dengan bahan makanan yang dicari suaminya.
Kamar Asya berada di paling belakang, sedangkan kamar kedua orang tuanya berada di sebelahnya. Ruang keluarga berada di tengah, dihiasi tikar yang ditenun dari jerami. Mereka sering berbincang-bincang untuk menghabiskan waktu di ruangan tersebut.