Hutan Pasir Perak
Dua jam kemudian, Asya sudah berada di kedalaman hutan pasir perak. Dinamakan pasir perak karena banyak pasir dari pantai yang terbang ke arah hutan ini. Banyak pasir yang menghiasi tanah hutan ini, membuat tanah berwarna cokelat memiliki corak pasir berwarna perak.
Ada yang aneh, Asya merasa tidak mengetahui daerah tersebut. Padahal hampir setiap hari dia dan ayahnya pergi berburu ke kedalaman hutan. “Aku tidak mengetahui daerah ini, padahal aku sudah sering berkeliling hutan ini dengan ayah,” ucap Asya sambil memperhatikan daerah hutan tersebut.
Asya terus berjalan di daerah yang dia tidak kenal tersebut, tidak lama kemudian dia menemukan ular berkaki bewarna hijau di bawah pohon besar. Selama dia dan ayahnya berkeliling di hutan tersebut, Asya tidak pernah menemukan beast jenis tersebut. Beast itu hanya berukuran 30 cm, dan tampak seperti naga kecil.
“Beast apa ini, aku belum pernah melihatnya. Padahal hampir semua beast di pulau ini aku mengetahuinya,” gumam Asya sambil terus memperhatikan beast tersebut.
Saat Asya hendak menghampiri ular berkaki bewarna hijau tersebut, terdengar suara auman serigala yang keras yang terdengar dekat dan semakin jelas. Auman itu tidak jauh jaraknya dari Asya, diperkirakan hanya sekitar 200 meter. Asya bertanya-tanya, apakah ular ini terluka karena hewan tersebut?.
Ternyata dugaan Asya benar, langkah beast itu terdengar dan semakin dekat dengan dirinya. Asya mengambil ular hijau yang terluka tersebut lalu memasukan ke bajunya, dengan kepala ular itu menghadap keluar berada di kerah bajunya.
Tidak lama kemudian, setelah memasukkan ular berkaki tersebut ke bajunya, muncul serigala bermata tiga. Beast ini merupakan kelas 3, tidak terlalu kuat tapi juga tidak lemah. Asya mengetahui bahwa beast itu adalah salah satu yang tercepat di hutan, dan termasuk jenis yang ganas.
Tinggi serigala bermata tiga tersebut, hampir mencapai 1 meter. Asya tampak kecil jika disandingkan dengan serigala itu. Tinggi Asya saat ini hanya 127 cm, memang tampak lebih tinggi dibanding serigala. Akan tetapi beast kelas 3 itu mempunyai panjang badan mencapai 2 meter dan berat kira-kira 120 kg. Hal itu membuat Asya menjadi kerdil dengan tingginya.
Tidak mudah untuk dapat lari darinya. Dengan kecepatan Asya saat ini, dia sudah tidak mungkin untuk kabur dan menghindar dari beast serigala berwarna hitam tersebut. “Tidak ada pilihan lain, aku harus melawannya,” ucap Asya sambil mulai mengeluarkan salah satu element yang sudah dipelajari dari ayahnya.
Asya lalu membuat bola kecil dari element api yang sudah dia palajari dari ayahnya, lalu ia lemparkan ke serigala tersebut. Tidak banyak yang terjadi, serigala itu hanya tergores sedikit.
Kemudian serigala tersebut berusaha menghampiri Asya dengan gerakan yang sangat cepat. Asya dengan cepat membuat element cahaya yang menyinari seluruh tubuhnya, sehingga membuat serigala itu merasa silau dan tidak dapat melihat Asya.
Terlambat sedikit saja mengeluarkan element cahaya, Asya pasti sudah diterkam oleh beast bermata tiga tersebut. Asya berpikir sambil terus berlari menghindari serigala tersebut. “Bagaimana aku bisa mengalahkan serigala tersebut,” pikir Asya.
Saat dikejar oleh serigala tersebut, Asya berhenti sejenak. Dia lalu mengeluarkan element kegelapan. Hal itu dapat membuat ruangan berdiameter 5x5 meter menjadi gelap. Semakin kuat fighter dan element kegelapan, semakin besar diameter yang bisa dihasilkan.
Asya mengingat ayahnya yang dapat membuat 100x 100 meter lebih menjadi gelap. Kira-kira hampir sebesar ladang yang dibuat ayah Asya untuk menanam sayuran di pinggir hutan.
Beast serigala tersebut kemudian masuk ke dalam ruangan kegelapan yang dibuat Asya. Setelah melihat serigala itu masuk ke dalam ruangan tersebut, Asya kembali berlari dan sedikit mengubah arahnya untuk mengecoh serigala tersebut.
Sungguh cepat, hanya 5 menit serigala tersebut dapat keluar dari ruangan gelap yang dibuat Asya. Serigala itu sudah tidak melihat Asya, tapi beast tersebut masih bisa melacak dengan penciumannya.
Asya lupa, kalo penciuman beast bermata tiga itu sangat tajam. Selain itu, dia dapat melihat dengan jelas dalam jarak 100 meter. Asya kembali berpikir, “Serigala itu bermata tiga, penglihatannya tajam, dia akan semakin peka apabila melihat cahaya.”.
Berhenti berlari, Asya memfokuskan cahaya di kedua telapak tangannya. Tidak seperti sebelumnya, dia menyebarkan cahaya ke seluruh tubuhnya. Saat ini Asya berkonsentrasi mengumpulkan element cahaya hanya di kedua telapak tangannya.
Tidak lama kemudian, serigala itu sudah dekat dengan Asya. Element cahaya yang dibuat Asya di kedua telapak tangannya pun sudah hampir di batas maksimal kekuatannya.