Single Fighter

Kharis Kisha
Chapter #3

Chapter 3 - Rencana Tersembunyi

Setelah menghabiskan makan malamnya, Asya langsung masuk ke dalam kamarnya. Seperti biasa, dia menghindar apabila orang tuanya menyuruh pergi ke kota. Ayah dan ibu Asya yang melihat hal itu saling berpandangan, dengan muka yang tampak terlihat kecewa.

Ayah Asya tiba-tiba berkata sambil memandang serius ke istrinya, “Kita harus melakukan rencana itu”. Ibu Asya menatap suaminya dengan serius dan mengangguk menyatakan setuju dengan keputusan tersebut.

Setelah merapikan tempat makan, kedua orang tua Asya pergi ke kamarnya. Di tempat tidur, ayah dan ibu Asya kembali berdiskusi serius tentang masa depan anaknya. “Sudah tidak bisa seperti ini terus, Asya sudah dewasa dia harus melihat dunia luar,” tutur ibu Asya dengan sedih dan air mata pun terlihat menetes dari kedua bola matanya.

Ayah Asya yang melihat istrinya menangis langsung merangkulnya, “Sudah, jangan khawatir. Mari kita lakukan seperti itu”. Ibu Asya mengusap air matanya lalu menjawab, “Sudah tidak ada pilihan lain, mari kita lakukan”.

Kalung Red Eyes

Esok paginya, aktifitas berjalan seperti biasanya. Ayah dan Asya pergi ke laut untuk menangkap ikan dan Ibu merapikan dan membersihkan rumah.

Di tengah laut ketika sesudah menangkap ikan, ayah mengajak Asya mengobrol. Saat berbincang, ayah mengeluarkan sebuah kalung. Kalung itu hanya seperti tali biasa, tampak terbuat dari akar pohon.

Tapi bukan itu poin utamanya, ada batu berbentuk oval berbentuk seperti mata berwarna merah tergantung di kalung tersebut. Ayah lalu memberikan kalung itu kepada Asya. “Ambil kalung ini Asya, gunakanlah. Itu dapat membuatmu terlihat keren.” ucap ayah sambil tersenyum kemudian menyerahkan kalung tersebut.

Asya tampak kebingungan, jarang sekali ayahnya memberikan barang secara langsung. Selain itu, barang yang diberikan adalah kalung yang terlihat sangat aneh misterius. “Untuk apa ayah memberikan ku kalung ini, apa fungsi kalung ini?? Apakah membawa keberuntungan?,” tanya Asya.

Mendengar pertanyaan anaknya, ayah tertawa. “Haha, konyol sekali kamu nak, mana mungkin kalung seperti itu dapat memberikan keberuntungan. Pakai saja kalung itu, kelak kamu akan menyadari gunanya”.

Asya menjadi penasaran, dia mengingat cincin yang diberikan oleh ayahnya sewaktu kecil. Setelah dipakai, cincin itu langsung menghilang dari jarinya. Saat Asya bertanya kemana perginya cincin itu, ayah hanya tertawa sambil menjawab bahwa cincin itu masuk ke dalam tubuh.

Mengingat hal tersebut, Asya bertanya lagi, “Ayah, apakah kalung ini akan hilang setelah kugunakan seperti cincin yang ayah berikan dulu?,”. Ayah langsung menjawab sambil merapikan jala yang ia gunakan untuk mencari ikan, “Tidak, kalung itu tidak akan menghilang seperti cincin yang dulu ayah berikan. Kalung itu akan ada pada tempatnya, persis saat kamu memakainya,”.

Hari sudah mulai siang, panas terik membuat air laut tampak menguap. Ulki pun yang berada di tas koja Asya terlihat kepanasan. Dia keluar dari tas anyaman tersebut, lalu naik merayap ke arah leher Asya.

Ayah lalu mengemudikan perahu dan mengarahkan nya ke arah pulang. “Ayo kita kembali dulu ke rumah untuk makan siang, ikan yang kita dapatkan hari ini lumayan banyak,” tutur ayah sambil menghitung tangkapannya hari ini.

Sesampainya di rumah, Asya makan siang lalu pergi beristirahat ke kamarnya. Di tempat tidur dia memeriksa kalung yang diberikan oleh ayahnya, lalu menggunakannya. Setelah menggunakan kalung red eyes, Asya merasa ada yang sedang memperhatikan dirinya. Tapi dia acuh tak acuh dan merasa cuek, dia berpikir bahwa itu hanya perasaannya.

Musibah

Lihat selengkapnya