Single, Ready to Mingle

Viky Aulia Safitri
Chapter #1

Ulang Tahun

Zafrina, si gadis yang berulang tahun malam itu tampak cemberut merayakan ulang tahunnya yang genap kedua puluh tahun. Bukan karena ia tak memiliki kekasih seperti tahun-tahun sebelumnya atau karena ia sudah menjadi kepala dua yang tak bisa bermain-main lagi seperti gadis belasan tahun. Ia kehilangan kesenangan dalam merayakan ulang tahunnya setelah umur sebelas. Ia berfikir tak ada makna yang baik dalam merayakan hari dimana ia lahir.

Ibunya dalam rangka mencarikan pasangan akhirnya menggelar pesta ulang tahun. Padahal yang di harapkan Zafrina bukan itu, bukan pesta yang megah. Ia hanya ingin ketenangan di hari ulang tahunnya.

"Seenggak senyum Zaf di hari spesial lo" komentar sinis menyayat kuping terdengar oleh Zafrina dari sahabat karibnya yang tau betul ia tak suka dengan euforia ulang tahun. Ia menyunggingkan sedikit senyum simpul yang semua orang tau itu bukan senyum tulus seperti yang ia biasa lakukan ketika ia tengah kesenangan melihat seorang bayi mungil dimana pun ia berada. Semua orang tau perempuan yang malam ini berulang tahun itu memuja mahluk kecil bernama bayi.

Kemurungannya belum hilang juga dari wajahnya ketika beberapa orang khusus memberikannya ucapan selamat ulang tahun ditambah doa-doa yang selalu sama setiap tahun. Kupingnya sedikit panas ketika berulang kali orang-orang berdoa 'semoga tahun ini lo punya pacar'. Beberapa kali ia hanya tersenyum sinis atau pura-pura tak mendengar ketika beberapa teman karibnya berkata seperti itu.

Bukan suatu rahasia jika semua orang tau perempuan bernama Zafrina yang usianya baru menginjak kepala dua itu tak pernah merasakan namanya memiliki kekasih. Sejak SMA ia berulang kali ketiban sial karena beberapa kali patah hati tak terelakan.

Track record laki-laki yang menyukainya bisa di bilang aneh. Laki-laki pertama yang mengatakan jatuh cinta padanya adalah laki-laki freak yang hobi melakukan segala sesuatu di luar batas normal dan menganggap itu keren. Sebulan penuh ia diteror laki-laki seperti itu. Laki-laki selanjutnya adalah laki-laki biasa, amat biasa hingga tak punya daya tarik sama sekali dimata Zafrina. Oh ya bukannya ia tak pernah jatuh cinta. Ia pernah jatuh cinta pada laki-laki paling sempurna dimatanya dan nyatanya laki-laki itu menyambut baik Zafrina dengan beberapa tindakan yang membuat hati Zaf, begitu beberapa teman akrabnya memanggil dirinya, berbunga-bunga. Tapi itu berlangsung tak lama karena beberapa minggu kemudian ternyata si laki-laki idamannya sudah memiliki kekasih dan hanya bermain-main ketika bosan melanda dengan sang kekasih.

Beberapa kali perempuan ini berpikir ia tak mujur jika soal cinta atau mungkin ia memang di kutuk seperti cerita-cerita fairy tale yang sering sekali ia dengarkan ketika masa kanak-kanak. Semua kemalangan tentang cinta itu membuat ia berhenti mengharapkan pangeran penyelamat cintanya datang. Ia kehilangan minat pada cinta, ia berulang kali menyibukan diri supaya tak pernah mengenal lagi cinta karena kini dimatanya cinta bukan prioritas utama seperti saat ia pubertas dan merasa iri karena ia sendirian yang tak punya kekasih yang bisa dibanggakan layaknya teman-teman sepermainannya.

Lihat selengkapnya