Aku terbangun dengan perasaan kaget, sangat kaget, sepertinya kamarku terakhir kali bukan seperti ini. “Kamu baik-baik saja?” Kemunculan seorang gadis yang terlihat tidak menyukaiku membuat aku ingin cepat-cepat pergi dari sini. Aku berusaha untuk bangun, tapi yang ada malah kepalaku yang semakin sakit. “Kamu nggak bisa ke mana-mana sampai Eka balik ke sini, dia sedang nyariin Farrell.”
“Eka yang membawa aku ke sini?” Bingung, itu yang aku pikirkan pertama kali karena seingatku terakhir kali aku tidak bersama Eka tapi bersama Atalie atau aku lupa? Wajah Andara semakin menunjukkan ketidaksukaanya kepadaku karena aku membahas Eka. Mengapa? Karena dia adalah mantan Eka yang sampai sekarang masih mengejarnya dan itu juga agak membuatku kesal karena bagaimanapun juga aku ada perasaan ke Eka.
“Rahayu!” Farrell dengan tergesa-gesa langsung menghampiriku. “Gimana perasaan kamu? Aku dikasih tahu sama Eka kalau kamu pingsan tadi.” Aku tersenyum untuk menenangkan hati Farrell.
“Udah nggak apa-apa kok, aku mau pulang nih. Makasih, ya, Eka, udah tolongin aku tadi.”
“Kamu yakin udah enakan perasaannya?”
“Iya, Eka, tenang aja kan udah ada Farrell juga.” Lagipula aku juga sudah malas melihat wajah mantanmu itu, begitu sekiranya yang ada di dalam hatiku.
Farrell kemudian membantuku berdiri. “Makasih, bro, udah bantuin Rahayu tadi.”
Eka memberikan senyuman menawannya. “Sama-sama, bro, itulah gunanya saling membantu antar teman. Rahayu kalau ada apa-apa jangan segan-segan hubungin aku, ya.” Aku mengangguk sambil membalas senyuman Eka, persetan dengan Andara yang mulai kesal denganku. Senyuman Eka sangat indah sore hari itu.
***
Tammy berjalan dengan riang memasuki lobi apartemen itu, semalam Sava memberitahukan padanya kalau dia sudah menempati apartemen lamanya dan memperbolehkan Tammy untuk singgah beristirahat kalau Tammy lelah sehabis pulang dari kampus karena kebetulan kampus Tammy dekat dengan apartemen Sava. Sava juga meninggalkan kunci cadangan di resepsionis untuk Tammy, dia mempercayai Tammy karena Tammy dan Sava dulu sangat dekat karena tinggal dalam satu daerah yang sama sementara Rahayu baru pindah setelah mereka kuliah, tapi tak berapa lama Sava sendiri harus pindah ke Jerman.
Kali ini Tammy ingin membuat supraise dengan membawa beberapa bahan makanan untuk dia masak sekalian memanggil Rahayu. Sambil melihat-lihat resep makanan yang dia cari di HP-nya, akhirnya dia sampai di depan pintu apartemen Sava. Tammy merogoh kantongnya untuk mencari kunci apartemen Sava, tapi tiba-tiba pintu apartemen itu terbuka. Tammy memperhatikan seseorang yang membuka pintu itu dan ulasan senyum dibibirnya menghilang. “Kamu?!” Gadis yang membuka pintu itu juga sangat kaget.
“Tammy …” Entah darimana Sava juga sudah berada di belakang Tammy.
Tangan Tammy terkepal kuat menahan amarah. “Apa yang kamu lakukan di sini? Sejak kapan kamu ada di sini?”
“Tammy, Niesha di sini cuma …”
“Diam!” Teriakan keras dari mulut Tammy membuat Sava bungkam.
“Aku temani Sava di sini, aku datang bareng sama dia.” Sekiranya hanya itu yang dapat keluar dari mulut Niesha.
“Brengsek kalian berdua!” Tammy pergi dari tempat itu tanpa peduli dengan Sava yang mencoba menahannya. Tammy terus berjalan keluar dari apartemen diikuti dengan Sava yang mengejarnya di belakang.
“Tammy, please, berhenti dulu! Aku bisa jelasin semua ini, ini nggak seperti yang kamu pikirkan!” Dengan tangan yang ditahan seperti itu mau tidak mau membuat Tammy berhenti juga.
“Apa yang mau kamu jelasin lagi sih, Sava? Aku nggak nyangka kamu bakalan lakuin ini lagi sama Rahayu.”
“Tammy, aku bawa Niesha ke sini karena ada rencana yang sudah aku susun bersama dia dari Jerman tapi itu bukan berarti kalau kita masih ada hubungan.” Tammy melepaskan tangannya dari genggaman Sava, dia mencoba untuk tenang.
“Va, aku salah satu orang yang mencoba mengerti hubungan tidak masuk akalmu dengan Rahayu. Walau ujung-ujungnya aku tetap tidak mengerti, tapi ada satu hal yang aku tahu kalau cinta tidak bisa kita kompromi. Kamu tahu apa yang terjadi dengan Rahayu sejak kamu memutuskan untuk pergi dari dia? Apa kamu pernah memikirkan sedikit saja perasaan dia setelah kamu memutuskan hubungan kamu dengan dia bahkan memblokir dia dari semua kehidupan kamu!” ucap Tammy panjang lebar.
“Dia hancur banget, Va, aku sama Farrell yang bantu dia dari usahanya untuk mencoba bunuh diri waktu itu. Bahkan ketika Sakya datang lalu menyatakan perasaanya kemudian jadi masalah lagi yang mengharuskan Sakya pergi lagi seperti kamu, bukan kalian kan yang ada di sana dan tahu keadannya yang hancur! Sekarang kamu datang lagi, aku pikir kamu nggak bakalan mengulang kesalahan lagi ternyata aku salah!”
“Tammy, aku ke sini benar-benar ingin memperbaiki semuanya. Aku benar-benar nggak ada niat untuk melukai hatinya Rahayu lagi.” Tammy memandang Sava tidak percaya.