Aku angkat kaki dari ruangan Putri Geya, lantas menuju sisi belakang istana secepat mungkin. Banyak waktu terbuang sia-sia hari, tak boleh mengulur lebih lama lagi.
Sepanjang lorong, langkah keras menimbulkan bunyi dari sepasang sepatu khas KNIL. Aku berusaha konsentrasi mendengarnya seraya memandang bagian dalam istana. Namun, pikiranku tak bisa beralih.
Reka ulang pertengkaran kami terus berputar di kepala. Di batin terdalam, timbul keinginan kuat untuk putar balik menuju ruangan Putri Geya segera, tetapi bukan itu tujuanku datang ke masa lalu! Aku harus fokus! Pedang Safir!
Angan kesekian kalinya muncul, mengingatkanku pada sensasi aneh dalam dada sekian menit lalu.
Aku benci perasaan bak tercekik ketika melihat Ria merintih. Hampir tak tahan berkata bahwa semua baik-baik saja dan perbuatannya bukanlah masalah. Namun, aku tak bisa.
Logika terus menampar kembali ke tujuan awal. Ini bukan seperti menembak mati anak kecil, Pedang Safir dan seluruh Buana Rubanah merupakan urusan berbeda yang sangat penting.
Membiarkan pemuda rakyat dan mantan prajurit Kerajaan Hirap mendapat surat rahasia dan—bisa saja—mengambil Pedang Safir lebih dulu, jelas mempertaruhkan keberhasilan misi.
Misi tak boleh gagal!
Sampai di sisi belakang istana, aku menyandar salah satu dinding. Sekilas sepi, tampaknya memang tak ada orang lain di sini. Aku memegang dada yang masih terusik gejolak menyengat. Kemudian memandang atas sambil menutup mata. Menghela, menenangkan pikiran. Aku harus melupakan Ria sementara waktu.
Surat rahasia. Ke sanalah saat ini aku perlu memusatkan perhatian. Coretan itu menjadi satu-satunya petunjuk tentang keberadaan Pedang Safir. Aku sudah cukup lama menjelajah masa lalu, mesti cepat ketemu.
yuhan dukduk-dukduk kita, yuhan dukduk-dukduk tamu
Ruang duduk-duduk kita, ruang duduk-duduk tamu.
Ruang santai keluarga kerajaan dan tamu berada di satu petak. Hanya diberi sekat di tengah. Letaknya tepat di balik dinding yang kusandar. Untuk pintu, masing-masing berada di sisi berlawanan, begitu pun hadapnya.
Dari dua bilik yang sebelah kanan dan kiriku, salah satunya kemungkinan menjadi tempat disimpannya Pedang Safir. Perkiraanku sudah jelas waktu itu, ruang santai keluarga kerajaan.
Namun, aku kesulitan saat terakhir kali mencari. Terlebih, baris terakhir paragraf kedua di surat rahasia belum bisa kupecahkan.
ǝlat duva, tǝnuk kuta hilan
Antara dua, lihat benteng hilang.
Sesungguhnya apa yang ingin disampaikan Raja Ganendra? Antara dua? Ngomong-ngomong, aku tepat berada di antara ruang santai keluarga kerajaan dan tamu—lurus dengan sekat.