“Loh, apa yang kamu lakukan di sini?”
Suara seseorang membuatku menoleh. Dari gerbang rumah yang terbuka lebar—dan tak mungkin ditutup, Ria melangkah mendekat. Menginjak sisa-sisa rumput segar, sedangkan sisanya masih agak berlapis abu dan beberapa puing bangunan.
Aku memandang depan kembali. “Enggak ….”
Memang tak ada alasan mendasar, mengapa aku kemari. Dahulu asal menginjakkan kaki di dalam kediaman seseorang, bahkan tanpa mengetuk pintu, langsung menuju gudang menggunakan portal dari Buana Rubanah.
Kini, apa yang bisa dilihat? Nyaris rata oleh tanah. Meninggalkan satu bangunan dengan sisi luar dindingnya penuh oleh coretan huruf dan bahasa Buana Rubanah. Andai aku lebih serius melarang Ria ikut menjelajah masa lalu, mungkin ….
Tak akan berakhir seburuk ini.
“Pundakmu gak apa-apa?”