SINTAS

Keita Puspa
Chapter #4

4. LUKA

Setelah bertengkar dengan bapak, abang langsung pergi malam itu juga. Sudah kutanyakan apa permasalahannya pada ibu tapi ibu hanya geleng kepala. Sementara bapak cuma bilang kalau bang Hel hanya khawatir padaku. Tentu saja itu mencurigakan. Jika bang Hel mengkhawatirkanku kenapa dia tidak berbicara padaku. Dia malah pergi tanpa pamit. Tapi kata ibu itu karena aku sudah tidur dan bang Hel tidak mau menggangguku. Entahlah.

Hari ini mendadak jadi tidak bersemangat. Tentu saja aku memikirkan bang Hel. Kenapa dia malah kabur. Setelah tiga tahun kuliah di Yogya, akhirnya pulang juga. Eee… malah pergi lagi gitu aja. Padahal suasana sebelum ia menemukan baju sekolahku itu masih sangat baik. Tapi setelahnya berbalik 180 derajat.

“Hel! Helen! Helena!!!”

Seseorang berteriak dan tiba-tiba menarik lenganku dengan kencang. Suara klakson terdengar bersahutan. Aku baru menyadari kalau telah berada di jalan raya.

“Jangan ngelamun, Neng!”

“Hati-hati kalau nyebrang, Dek!”

“Jagain, tuh, pacarnya!!!”

Beberapa pengendara meneriakiku. Lenganku berdenyut. Kulihat beberapa jari masih meremasnya kencang. Kemudian kutolehkan kepala demi melihat tangan siapa itu yang mencengkram dengan sangat kuat.

“Lu gapapa?” Corey melihatku dengan cemas.

“Tolong lepasin!” ucapku sembari berusaha melepaskan tangannya. Pantas saja cengkramannya begitu mematikan. Itu Corey! Si pembunuh t-rex! Billy aja takut sama dia.

“Oh… sorry!” katanya seraya melepaskan cengkramannya. Terlihat jelas kulit lenganku merah. “Maaf banget, Hel. Gue kekencengan, ya, megangin tangan lu?”

Menurut lu? 

Aku jelas tidak akan mengatakan itu padanya. Lebih baik menghindari masalah daripada menambahnya. “Gapapa, kok,” ucapku. Jelas bohong. Rasanya cekit-cekit seperti habis kegencet sesuatu yang berat. Mataku menangkap tangan Corey hendak meraih kembali lengan kananku. Reflek kusembunyikan kedua lengan di balik punggung.

Sorry, Hel…. gue cuma… mau lihat seberapa parah bekasnya,” kata Corey.

“Gapapa… beneran. Gak masalah, kok!” Tanpa berpikir lagi kutinggalkan Corey dengan lari terbirit-birit. Tentu saja jika tinggal lebih lama di dekatnya tubuhku bisa-bisa menggigil ketakutan. Jangan-jangan Corey sengaja mencengkramnya begitu kuat karena kesal padaku yang kerap memanggilnya Ree. Tapi kemudian kakiku berhenti tiba-tiba. Otakku mengingatkan kalau aku belum berterima kasih padanya. Biar bagaimanapun Corey telah menyelamatkanku dari kendaraan-kendaraan yang berlalu lalang kencang. Tanpa sadar aku menepuk dahi. Gara-gara ketakutan malah tidak mengucapkan terima kasih. Sungguh tidak tahu diri sekali. Tapi…

Kutatap lengan kanan yang merah. Masih terlihat jelas bentuk jari-jari Corey di sana. Pelan kusentuh tanda merah itu dengan tangan kiri.

“Awww!” Masih perih menyengat. Perlu dioles minyak herbal. Sebaiknya nanti aku ke ruang UKS begitu sampai ke sekolah. Fiuh… untung saja Corey tidak bisa menyusulku. Kalau tidak aku tak tahu apa yang harus kuucapkan. Semakin hari cowok itu semakin menyeramkan. Sebaiknya aku lebih berhati-hati agar tidak melihat lebih banyak sisi gelap Corey. Aku lebih suka Corey jaman SMP yang biasa aja.

“Loh, tangan kamu kenapa Helena?” tanya Miss Molly ketika kuoles minyak herbal ke lengan. Miss Molly tiba-tiba saja masuk membuatku sedikit terkejut.

“Ah, ini… tidak apa-apa, Miss,” jawabku seadanya. Kalau kuceritakan bisa-bisa Corey akan kena detensi. Lagipula dia melakukannya untuk menyelamatkanku yang lalai karena melamun di jalan.

Miss Molly menghampiri dan langsung merenggut lengan kananku. “Ya, ampun… Helena! Siapa yang melakukan ini padamu?” Miss Molly memperhatikan tanda merah di lenganku saksama. “Tidak mungkin kalau ini tidak disengaja.” Wanita cantik itu melihat langsung ke mataku dengan tajam. “Perbuatan siapa ini? Cepat katakan!”

“Ini… bukan masalah besar, Miss!” jawabku cepat. Kalau kuceritakan kemudian Corey dihukum karenanya, bukankah si pembunuh t-rex akan semakin kesal padaku? Tidak. Aku tidak mau berurusan dengannya.

“Helen… tidak usah takut. Miss akan mendukungmu.” Miss Molly membalut lenganku dengan kain kassa. “Kamu katakan saja dengan jujur siapa yang telah melakukan ini. Kalau dia mengancammu, Miss akan turun tangan.”

Aih… situasi yang rumit. Aku tahu siapa pun yang melihat bekas cengkraman ini akan berpikir kalau aku habis dianiaya. Sebenarnya aku pun merasa sedikit teraniaya, sih. Tapi bukan berarti jasa si pembunuh t-rex yang menyelamatkanku jadi tidak berarti.

Lihat selengkapnya