SINTAS

Keita Puspa
Chapter #5

5. NGAJAK KABUR

“Baiklah… apa ada lagi yang kalian tanyakan?” tanya Miss Molly. Ia melihat sekeliling kelas dengan antusias. “Tidak ada?” Miss Molly kembali memandangi kami semua, murid-muridnya. “Kalau begitu kita akan memulainya di pertemuan berikutnya.”

“Miss!” Joel mengangkat tangan kanannya kemudian berdiri. “Apa kami bebas menentukan angota kelompok?”

“Ah… iya. Saya lupa tentang hal itu.” Miss Molly menutup buku tebalnya kemudian memeluknya di dada dan berdiri ke tengah. “Kelompoknya sama seperti sebelumnya. Oke? Sampai jumpa nanti.”

Seisi kelas menjadi ribut usai Miss Molly keluar. Aku hanya bisa berdoa semoga saja Billy dan Tya bisa bekerja sama seperti sebelumnya. Tapi seharusnya tidak sulit, kan? Tugas kelompok kemarin berjalan lancar dan kami mendapat nilai cukup baik.

“Yeay…! Gue bakal satu kelompok lagi sama Chester!” teriak Sharon girang di sebelahku.

Beberapa murid mulai meninggalkan kelas. Begitu kulihat Corey keluar, aku buru-buru bangkit dan menyusulnya tanpa menghiraukan panggilan Sharon.

“Corey! Tunggu!” teriakku. Tapi cowok itu memiliki langkah cepat dengan kaki panjang. Sepertinya dia tidak mendengar teriakanku. Jadi aku memaksakan kaki untuk berlari lebih cepat hingga kami cukup dekat kemudian kutarik tas ransel hitamnya.

“Tunggu!” ucapku diiringi napas tersengal. Kuatur napas sebelum melihat wajahnya.

“Ada apa?” katanya menatapku yang pasti terlihat berantakan setelah berlari.

“Gue-huh… huh….” Napasku benar-benar habis. “Sebenarnya gue belum bilang makasih soal kemarin,” kataku ketika napas mulai normal.

“Oh, gapapa kali. Gue yang salah,” ujar Corey datar. Jelas ada sesuatu. Biasanya dia tidak bicara padaku sedatar ini. Atau mungkin mood-nya sedang jelek, ya? Kulihat kaki kanannya bergerak hendak pergi. Masa bodoh meski mood-nya jelek, aku harus berterima kasih saat ini juga atau nanti waktunya akan terlalau jauh.

Kutarik lengan Corey dan berhasil menahannya. “Tunggu, Core. Gue mau berterimakasih sama lu karena udah menyelamatkan gue.”

Corey menatapku dengan tatapan yang belum pernah kulihat darinya. Dia melepaskan tanganku dari lengannya. “Sama-sama,” katanya seraya pergi meneruskan langkahnya.

Huh? Apa tadi dia tersenyum? Atau aku hanya salah lihat? Sekilas kulihat biibir Corey melengkuung ke atas selama satu detik atau kurang dari itu. Jadi… itu artinya dia senang karena aku berterimakasih, kan?

“Helena… kenceng banget lu lari,” ucap Sharon menghampiriku. “Mau ngapain lu sama si t-rex’ killer?”

“Mau tahu aja, lu!” seruku seraya melangkah menjauhinya.

“Alah… sok misterius. Palingan juga soal tugas Miss Molly, kan?” kata Sharon sok tahu.

Tidak kujawab pertanyaannya. Biarkan saja hal tadi hanya aku dan Corey yang tahu. Untuk apa juga Sharon tahu kalau aku berterima kasih pada si pembunuh t-rex.

“Eh, Hel… bantu gue buat deketin Chester, dong!” rengek Sharon. Rasa nista jadi jomblo-nya kambuh.

Lihat selengkapnya