SINTAS

Keita Puspa
Chapter #12

11. BENTROKAN

“Lu, sih… Hel! Pake acara nyelam segala. Kaki lu jadi gini, kan?” Riri ngomel-ngomel sambil membantu Suster Nia membebat luka di kaki kiriku.

“Tapi kalau gue gak nyebur, tuh anak bakal keseret ombak, Ri,” sahutku sambil meringis menahan sakit. Sobekan di kaki ini kudapat ketika hendak menyelamatkan seorang anak yang tenggelam di laut selatan. Sialnya ketika aku menyelam, kakiku kram dan terbanting arus kemudian nyangkut di karang. Ketika kutarik paksa, kaki kiriku sobek. Untungnya gak lama tim SAR menyusulku.

“Lu juga hampir gak selamat, ege!!!” Riri menoyor kepalaku keras. “Emang lu tuh harus ada yang jagain.”

Kuusap kepala yang sedikit sakit. Aku tahu Riri melakukan itu karena khawatir. Sebagai ketua kelompok, Riri bertanggung jawab atas semua tindakan kami. Dan aku si pembangkang ini pasti membuatnya kesal.

Suster Nia geleng-geleng kepala kemudian pamit pergi meninggalkan kami. Tidak lama pintu kembali terbuka. Corey dan Chester datang bareng sambil mgos-ngosan. Perasaanku langsung tidak enak.

“Lu gak apa-apa?” tanya Corey sambil berjalan cepat ke arahku.

“Gue langsung ke sini pas denger lu tenggelam, Hel.” Chester juga berlari ke arahku.

“Lu jadi ketua gimana, sih, Ri?” tanya Corey mengintimidasi Riri.

“Tuh, Hel… liat!!!” Riri mengarahkan pandangan pada Corey dan Chester. “Gue, kan, yang disalahin?”

“Lu bisa diem, gak, Core?” Mataku melotot ke arah cowok berambut coklat itu. Kemudian kulirik Riri yang masih kesal. “Iyaaa… sorry, Ri. Gue gak bakal ngelakuin hal kayak gitu lagi, deh. Gue bakal nurut sama ketua tim,” kataku memelas.

“Nah… kuping lu denger, kan? BUKAN SALAH GUE!!!” ucap Riri tepat di depan muka Corey.

Semua langsung hening sampai Billy datang membawa beberapa butir obat. “Nih, minum Hel. Kata perawat obat nyeri sama antibiotik.” Billy menyodorkan obat yang langsung direbut oleh Chester. Kemudian Chester memberikannya padaku.

“Minum, Hel,” ucap Chester. Tiba-tiba Corey menyela Chester dan muncul di depan wajahku dengan segelas air.

“Minum obat pake air,” kata Corey. 

Tuh, kan… mulai deh nih dua cowok ribut.

Core… tangan lu udah sembuh?” tanyaku berusaha meredam aura tegang di ruangan.

“Belum, masi—"

Billy memotong omongan Corey. “Orang dari kamis gue liat dia main basket sama anak-anak di lapangan.”

Aku hampir tersedak obat yang sedang kuminum. “Seriusan???” Aku mendelik ke arah Corey.

“Parah, lu, Core! Lu manfaatin Helen namanya kalo gitu,” sahut Chester.

“Terus kenapa? Lumayan, kan… bonding time!” Corey malah nyengir gaje.

Bonding apanya? Lu, tuh, ya….” Kulemparkan sepatu yang tergeletak di bawah ranjang pada Corey. Sayangnya si pembunuh t-rex berhasil menghindar. Sial!

“Udah… udah… orang lagi sakit butuh istirahat. Lu berdua malah bikin rusuh!” Riri mendorong Corey dan Chester dengan paksa untuk keluar sementara Billy mengikuti dengan sukarela.

“Tapi yang bikin rusuh cuma nih anak, bukan gue!” teriak Chester.

“Lu juga sama. Teriak-teriak di rumah sakit. Rusuh!” ucap Riri agak keras. 

“Met istirahat, Hel!” sahut Billy sebelum menutup pintu kamar.


***


Uap panas dari panci seblak beraroma pedas memenuhi udara. Sharon duduk sambil ngaduk mangkoknya yang udah merah menyala, Chester di sebelahnya sibuk milih kerupuk tambahan. Seblak buatan bu Kokom emang top banget.

Aku duduk di seberang mereka, nyeruput es teh dengan tatapan datar. Bukan datar karena pedes, tapi karena lagi sengaja jaga jarak.

“Lu yakin nggak mau pesen yang level lima, Hel? Pedesnya bisa bikin lupain masalah, lho,” kata Sharon sambil mengibaskan tangannya ke bibir.

“Masalahnya nggak bisa dilupain cuma gara-gara cabe, Shar.” Kuaduk-aduk es tehku yang mulai mencair. Lagipula Suster Nia sebenarnya melarangku makan makanan pedas dulu sementara ini.

Lihat selengkapnya