SINTAS

Keita Puspa
Chapter #26

23. MASA DEPAN

Seketika gedung itu ricuh. Orang-orang yang tadi tunduk hormat sama Chester dan Riri langsung ngamuk, bawa obor, golok, pentungan. Mereka langsung menggeruduk pintu kayu.

Chester maki pelan, “Sial… ketahuan!”

Riri narik tasnya, “Kita kabur sekarang!”

Kami berlari keluar lewat pintu belakang, melewati lorong gelap yang dipenuhi reruntuhan dipandu Chester dan Riri. Suara massa makin dekat. Corey panik, “Lari kemana nih?!”

Chester nunjuk ke arah sebuah jalan menurun penuh semak liar. “Ke sana! Katanya itu wilayah angker, orang sini ogah masuk!”

Tanpa pikir panjang kami terjun ke jalur itu. Napas ngos-ngosan, baju sobek, tangan tergores. Begitu masuk lebih dalam, suasana berubah—hening, dingin, hanya suara jangkrik dan ranting patah.

Aku terengah sambil pegang lutut. “Angker? Ches… jangan bilang ada babi hutan!”

Corey nyeletuk lemas, “Kalo babi hutan bisa bikin warga takut, gua mendingan pelihara aja.”

Kami saling pandang dalam kegelapan. Walau selamat dari amukan warga, tempat ini jelas bukan lokasi yang bikin tenang. Kami terus bergerak meski pelan. Untungnya tadi kami sudah makan sesajen dari para pengikut Chester dan Riri.

Malam udah turun, udara lembab bikin napas terasa berat. Kami putuskan berhenti dulu, bikin shelter seadanya di antara pohon besar berlumut. Seperti kata Chester, ga ada warga yang berani masuk ke daerah ini. Agak bikin was-was juga soalnya kami gak tahu apa alasan mereka melabeli hutan ini angker.

Corey jalan mendekat ke arahku pelan, nyengir dikit. “Lu tau ga sekarang sebenernya tahun berapa?”

Aku yang lagi asik mungutin ranting kering buat api unggun berhenti, mikir. “Enggak….” Tapi tiba-tiba mataku melebar. “Eh, tapi… gue liat sobekan koran tadi di kota. Ada tulisan dua ribu empat puluh…. Sobek sih jadi angka terakhirnya gak kelihatan."

Corey diem sebentar, lalu suaranya berat. “Lu sadar gak… kalo ini masa depan, Hel?”

Aku kaget, kayak dilempar dari ketinggian. Napasku tiba-tiba aja sesak. “Jangan-jangan…” Aku refleks menjerit kecil. Corey langsung panik, nutup mulutku pake tangannya.

“Sstttt! Jangan berisik! Nanti anak-anak panik!” ucap Corey pelan.

Sayangnya ranting-ranting yang kupegang udah terlepas dan jatuh berantakan, bunyinya keras banget di tanah. Semua orang otomatis noleh.

Dari arah shelter sementara, suara Chester terdengar. “WOI! Ngapain lu berdua?! Ga bisa tahan dikit apa sampe tugas kelar?!”

Wajah Corey langsung merah. “Sialan, lu, Ches!” teriaknya balik.

Sharon dan Billy langsung pecah ketawa. Joel sampe nyender ke batang pohon, ngakak sambil tepuk paha. “Hahaha… asli, gue gak nyesel bareng kalian! Banyak hiburan.”

Aku berdiri dengan muka masih merah padam, tapi pura-pura cuek. “Lagian, yang bikin gue jatohin ranting siapa coba? Bukan salah gue.”

Corey melotot, “Lu yang teriak duluan!”

Lihat selengkapnya