Jakarta, 2018
Iona menengadah. Dalam satu gerakan, bola mata cokelat cerah miliknya memandang angkasa yang mendung, dibungkus warna abu-abu serta suara bergemuruh. Decakan tercipta dari belah bibirnya dan sumpah serapah siap melayang bebas, “Anj–”
“Eh, kasar.”
Dikejutkan oleh suara bertimbre rendah, Iona sedikit tersentak. Butuh waktu satu detik baginya untuk menoleh dan menemukan pemuda tanggung di sebelahnya. Barangkali ia terlalu tenggelam dalam dunianya sendiri, sebab baru sadar tahu-tahu ada seseorang memaku langkah di sisi kanannya.
Iona memutuskan untuk mendengus dan menjawab ketus, “Terus."
Si lelaki muda tergelak. Iona dapat mendengar denting dari kalung—dog tag—yang menggantung pada tengkuknya.
“Nggak apa-apa, sih,” jawab si lelaki. “Mencegah seorang gadis cantik berkata kasar saja.”