Sisters

Bramanditya
Chapter #1

Prolog

Gea memandang kotak cincin yang ada ditangannya. Kotak cincin berlapis kain lembut berwarna merah hati, yang berisikan sebuah cincin perak bertahtakan batu permata berwarna putih kristal. Sudah hampir duapuluh menit ini dia hanya menatap kotak cincin itu tampa membukanya, seakan akan beribu ribu pertanyaan menghinggap dipikirannya tentang kotak cincin itu hingga membuatnya ragu untuk membukanya.

Tiba tiba seseorang mengambil kotak cincin itu dari tangannya.

"Gea, Nico melamarmu?" Mira berteriak terkejut sambil duduk didepannya lalu membuka kotak cincin itu.

"Bener Ge?" Disusul Romi duduk didepannya dan memadangi cincin yang telah dikeluarkan Mira dari kotaknya.

"Gila bagus banget cincinnya." Mira memandang kagum pada cincin yang berada ditangannya lalu tiba tiba Romi merebut cincin itu dari tangannya.

"N G." Romi mengeja inisial yang berada didalam lingkaran cincin.

Mira menatap Gea. "Kapan Nico melamarmu?"

Gea membalas tatapan Mira dengan senyuman yang dipaksakan. "Belum."

Romi dan Mira tampak terkejut mendengar jawaban dari Gea, yang terlihat dari wajah mereka saat bersamaan menatap kearah Gea.

"Maksudnya Nico belum melamarmu?" Tanya Romi hati hati.

Gea mengangguk pada kedua sahabatnya yang sedang menatapnya kebingungan.

"Lalu Ge, cincin ini?" Mira memasukkan cincin itu kedalam kotaknya lalu meletakkannya kembali dimeja.

Secangkir kopi susu coklat hangat telah sedikit Gea cicipi lalu meletakannya kembali ke tempatnya.

"Nico belum melamarku. Sebulan yang lalu, aku melihat kotak cincin itu berada di dalam lemari pakaian Nico di apartemennya."

Gea berhenti sebentar untuk menata emosinya agar tidak tumpah dihadapan kedua sahabatnya.

"Sehari, seminggu, sebulan, aku menunggu. Aku menunggu Nico memberikan kejutan padaku. Sebuah kejutan yang selalu aku bayangkan kami disebuah suasana romantis dia belutut dihadapanku dan menyodorkan cincin ini sambil berkata will you marry me." Gea menujuk kotak cincin dihadapannya.

Romi dan Mira terdiam menatap Gea.

"Tapi kejutan yang aku bayangkan tidak pernah datang, yang ada hanya rasa penasaran dan pertanyaan yang selalu menghantuiku berhari hari tentang kotak cincin ini." Gea mengambil kotak cincin dihadapannya dan memandanginya sambil tersenyum sinis.

"Mungkin dia ragu." Lanjutnya.

"Ge......" Mira mencoba menenangkan emosi Gea.

"Entah sudah berapa lama kotak cincin ini berada disana. Sebulan atau berbulan bulan mungkin." Diletakan kotak cincin itu dimeja. "Mungkin dia ragu."

"Mungkin Nico menunggu waktu yang tepat Ge." Romi mengoreksi kalimat Gea untuk menenangkannya.

Mereka bertiga terdiam saat seorang pelayan datang dan meletakkan beberapa minuman dan makanan di meja mereka.

"Dia tidak punya alasan untuk ragu padamu apalagi ragu untuk menikahimu. Dua tahun kalian pacaran, kami bisa melihat kalau Nico sangat mencintaimu." Mira mengambil botol bir didepannya dan meneguknya sambil menatap Gea.

Romi hanya mengangguk pertanda setuju dengan ucapan Mira.

Lihat selengkapnya