AFTER RAIN COME SUNSHINE

Tehina Dender
Chapter #3

Episode 2 : Rasa Ini?

Pagi ini aku berangkat ke kampus dengan berjalan kaki. Dengan cuaca yang terik di pagi hari membuat bajuku basah oleh keringat. Memandangi kendaraan yang lalu lalang memenuhi jalan. Memperhatikan orang-orang yang berjalan ataupun berolahraga di pagi hari. Kesibukan kota kecil ini begitu ramai.Terasa seperti kota-kota besar. Gedung-gedung menjulang tinggi. Seluruh rumah ditingkat. Menyisakan beberapa pedesaan yang masih tertinggal zaman.

Jarakku dengan kampus hanya tinggal beberapa meter lagi. Aku semakin mempercepat langkah. Dan akhirnya tibalah aku didepan kampus baruku. Gerbangnya tinggi. Dipenuhi oleh tanaman merambat di sisi kiri dan kanan. Bangunannya tinggi seperti gedung yang lain. Terbilang kampus baru. Kampus ini terlihat sangat elegan.

Dengan perasaan senang,aku langsung masuk ke dalam kampus. Melewati kantin tempat para mahasiswa bersantai. Melewati banyak lorong yang saling berhubungan. Kelasku ada di lantai tiga. Paling atas.

Aku sampai di lantai tiga. Memandang depan kelasku. Kelas yang menampung orang-orang pintar nan genius,yaitu kelas beasiswa.

Aku membuka pintunya. Menapakkan jejak pertamaku di kelas ini. Kelas baruku bersih dan rapi. Semua tertata dengan baik. Aku berjalan dengan santai. Langsung duduk di kursi yang kosong. Menaruh tas dan menyiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk pembelajaran.

Aku menatap isi kelas. Semua teman-temanku sspertinya ramah dan baik. Aku terseyum. Tiba-tiba,mataku tertuju pada satu orang di kursi depan. Aku mengamatinya dari atas kepala sampai ujung kaki. Semuanya mirip. Perawakan yang sama. Rambutnya,cara pandangnya,cara bicaranya,semua sama. Semua sama dengannya. Temanku,si pembuat onar. Kisha.

Dia pernah membuatku malu di depan kelas ketika aku berumur 13 tahun. Untungnya,aku tak menggunakan jurus taekwondoku untuk menghabisinya. Taekwondo bukan untuk balas dendam.

Untuk apa dia di kelas beasiswa? Dia tidak sepintar yang kubayangkan. Masuk kelas beasiswa di kampus ini mempunyai suatu kebanggaan tersendiri. Seluruh mahasiswa di kelas ini tergolong pintar. Bahkan genius. Sebelum aku berpikir lebih lanjut,guru sudah datang terlebih dahulu. Pandangan pertamaku melihat guru,aku langsung membeku. Datang bagaikan sesosok malaikat yang menyinari seluruh kelas.Ya Tuhan! Sempurna!

"Selamat datang dikelas mata-mata pertama kalian. Selamat bagi semua yang sudah berhasil masuk ke dalam kelas beasiswa. Kalian siswa yang hebat. Semua yang masuk ke kelas beasiswa,mempunyai bakat nya masing masing. Aku harap,kalian bisa menjadi mata mata yang baik.Pelajaran pertama kita hari ini adalah bagaimana menjadi seorang penyamar yang baik. Ada yang tahu bagaimana caranya?" Tanya guru.

Oh Tuhan! Siapa dia? Begitu sempurna,begitu mempesona. Aku sudah tidak memperhatikan perkataan guru. Aku terlalu sibuk memandangi sang guru. Terlalu tampan!

Lihat selengkapnya