Aku hendak menyela pembicaraan Pak Pamana,tetapi sudah terlanjur ditutup dan Pak Pamana sudah pergi. Aku terpaksa sekelompok dengan Kisha. Kisha berjalan mendekat ke arahku dan Nita.
"Hai... apakah aku boleh sekelompok?"
"Tentu saja boleh." Ucap Nita dengan riang.
"Bagaimana denganmu,Raya?" Senyum licik menghiasi wajahnya.
Aku menatapnya dengan tatapan galak. Napasku menderu. Aku tak akan segan-segan membuatnya malu didepan kelas jika dia kembali mempermalukan aku.
"Permisi sebentar." Aku langsung bangkit dari dudukku dan berjalan ke kamar mandi. Mungkin dengan ini akan terungkap siapa yang membuntutiku.
Aku sampai di kamar mandi. Masuk ke salah satu biliknya dan diam berdiri. Aku akan keluar saat seseorang masuk ke kamar mandi.
Suara sepatu terdengar lamat-lamat. Aku langsung keluar. Ternyata memang benar. Kisha mengikutiku.
"Mengapa kau mengikutiku?!" Aku berteriak. Siap menghajarnya ketika ia semena-mena terhadapku.
"Ada yang salah jika aku mengikutimu? Apakah kau takut,sayang?" Kisha bertanya dengan nada yang sangat halus. Tatapannya setajam silet. Senyumnya sangat khas. Senyuman dengan seringai.
Aku menatapnya. Aku muak melihatnya. Aku ingin membuangnya jauh-jauh dari hidupku. Kenapa dia selalu mengikutiku kemanapun aku melangkah? Kenapa orang seperti dia tak mati saja?
Aku memutuskan untuk diam dan langsung kembali ke kelas. Setiap langkah aku selalu menghadap ke belakang. Jika ada tetap berjalan di belakangku,aku akan langsung menerkamnya. Tetapi selama perjalananku ke kelas,aku tidak menemukan adanya seseorang yang berjalan dibelakangku. Entah kemana perginya Kisha. Seperti ditelan bumi. Hilang begitu saja. Aku semakin mempercepat langkah untuk sampai ke kelas. Melihat ke kanan,ke kiri,ke sudut manapun yang bisa aku lihat. Tetapi tak ada satu pun orang yang lewat.
Lorong-lorong kelas menjadi kosong. Hanya aku yang lewat. Mungkin dalam rekaman CCTV pun hanya ada aku. Apakah yang ada dibelakangku sekarang adalah makhluk tak kasat mata? Makhluk halus? Aku cepat-cepat membuang jauh pikiran itu. Omong kosong. Bagiku,makhluk halus itu hanya ada di negeri dongeng. Sejak kecil aku tidak pernah percaya pada takhayul. Selama memikirkan hal itu,aku dengan cepat tiba di kelas. Sesampainya di pintu,terlihat Nita dan kedua temanku sedang berbincang-bincang. Aku masuk kelas tepat waktu. Mereka sedang membahas tentang tugas dari Pak Pamana.
"Dimana Kisha?" tanya Nita.
"Entahlah. Aku tidak bersamanya saat kembali ke sini."
"Tadi dia berkata hendak pergi ke perpustakaan. Tetapi dia belum kembali. Sangat rajin." Tawa Nita.
Yang awalnya hanya mengangguk aku langsung terdiam. Perpustakaan? Berarti tadi..? Siapa yang ada di toilet?
"Tapi Nit..." Belum selesai aku berbicara,Kisha datang dengan membawa setumpuk buku. Buku sejarah tentang sekolah.
"Ini yang berhasil kudapatkan. Hanya sedikit. Tetapi memuat cukup informasi." Cakap Kisha.
Nita dan kedua temanku mengangguk tanda mengerti. Aku memutuskan untuk diam. Merahasiakannya utuk sementara.
"Sebelum kita mulai,mari kita berkenalan dengan kedua teman lelaki kita," Lanjut Kisha. "dimulai darimu."