AFTER RAIN COME SUNSHINE

Tehina Dender
Chapter #12

Episode 11 : Alam Lain

Kami terus berlari tanpa arah. Entah menuju kemana. Kami sudah kehilangan jejak Pak Pamana. Dia berlari sangat cepat. Napas kami terengah-engah. Keringat membuat baju kami menyatu dengan kulit. Scout masih tertinggal di belakang. Dia sudah kelelahan berlari-lari di sepanjang koridor sekolah. Bukan hanya koridor,tetapi seluruh bagian sekolah.

"Kita berhenti dulu sejenak. Aku sudah tidak kuat." Ucap Hiro.

"Baiklah. Kita istirahat disana saja." Kisha menunjuk kearah kursi di depan ruang komputer.

Kami semua menepi. Duduk di kursi panjang. Kelelahan.

"Aku akan membeli minum. Tunggu disini." Nita berdiri, berjalan menuju kantin.

Nita memutuskan dirinya akan membeli minum. Jarak ruang komputer dengan kantin hanya tiga meter. Jadi Nita tidak akan kelelahan saat membeli minum.

"Aku ikut!" Aku berdiri dan berjalan menyusul Nita.

"Dia teman yang baik." Scout tertawa. Melihatku yang sudah berjalan menyusul Nita.

Kami berjalan menyusuri lorong. Berjalan tanpa percakapan. Rasanya kami sudah tidak kuat lagi untuk berbicara.

Selama perjalanan aku memikirkan banyak hal. Pertama tentang mimpiku. Aku tidak sepenuhnya yakin bahwa itu mimpi. Aku merasa bahwa itu nyata. Seperti aku sendiri yang ada di sana. Paling ingat dengan si mata merah. Aku bergidik ngeri.

Aku mengarahkan pandanganku ke Nita. Bagaimana jika tiba-tiba Nita berubah menjadi Si Mata Merah? Membawa pisau dibalik bajunya. Dan menodongkannya ke arahku dengan tidak terduga.

"Kenapa kau memandangku seperti itu? Apa yang kau lihat?" Nita menutupi wajahnya sendiri.

"Eeeh..tidak apa. Aku hanya teringat mimpiku saat aku tidak sadar di ruang UKS. Sebenarnya aku yakin sekali itu bukan mimpi. Sangat nyata. Dan disana ada kamu Nita. Kau berubah menjadi sangat menyeramkan. Kau...kkk..kau membunuh Hiro,Scout,dan Kisha."

Seharusnya aku tidak cerita itu kepada Nita. Nita mungkin akan ketakutan. Tetapi aku salah. Nita malah tertawa sejadi-jadinya. Sampai mukanya memerah. Memegangi perutnya.

"Apa yang kau katakan,Raya? Kau mengigau? Kau lucu sekali belakangan ini." Nita masih memegangi perutnya sambil tertawa.

"Aku serius!!! Jangan tertawaan aku. Aku berkata benar. Kau saja yang tidak percaya. Suatu saat kau akan mengerti. Dan kau akan mengetahuinya!" Aku berteriak. Tidak terima ditertawakan oleh Nita.

"Ok..ok...kawan. Jangan berbicara padaku dengan nada itu. Aku hanya bercanda. Kita sudah sampai. Aku akan membeli minuman. Tunggulah disini." Nita berjalan cepat ke arah penjual.

Selama Nita membeli minuman,aku melihat-lihat sekitar kantin. Ada banyak gerai di sana. Berbagai jenis makanan dan minuman. Kantin ini awalnya adalah kelas. Tetapi dirombak menjadi kantin agar para mahasiswa dapat beristirahat setelah belajar seharian. Dan katanya,dulu ada yang meninggal di salah satu kelas sebelum menjadi kantin. Tidak ada yang tahu siapa dan apa penyebabnya.

Selama aku membayangkan kantin ini,aku tidak sadar jika Nita sudah ada di sebelahku. Menyenggol-nyenggolku sejak tadi.

"Raya. Apa yang kau lihat? Kenapa kau jadi bengong? Ayo kembali. Teman-teman menunggu." Nita berjalan duluan.

Aku mengangguk.

Lihat selengkapnya