Nita berjalan dengan riang. Sambil meneguk sesekali minumannya. Melihat ke sekeliling. Sambil menatap burung-burung yang beterbangan di sekitar gedung sekolah.
"Raya. Walaupun kita lelah mengejar Pak Pamana,tetapi cuaca disini sangat sejuk. Matahari sedang tertutup oleh awan. Jadi,sinarnya tidak terlalu terik. Pagi ini aku sangat beruntung. Hawa nya sejuk. Biasanya kan pagi hari seperti ini sudah panas." Nita berbicara sambil melihat-lihat burung yang bertengkar.
Raya hanya mengangguk. Menatap datar. Tanpa ekspresi. Berjalan dengan langkah tanpa daya.
Nita berhenti berjalan,menatap Raya. Melihatnya dari ujung kaki hingga ujung kepala.
"Ada apa denganmu,Raya? Tidak seperti biasanya. Perasaan tadi belum seperti ini." Nita mengucap lirih.
Raya tetap saja bermuka datar. Lebih pucat. Bibirnya tidak lagi merah seperti tadi.
Jujur saja. Nita merasa merinding. Nita mempercepat langkah. Setengah berlari. Raya tetap mengejar. Yang membuat Nita ngeri adalah Raya berlari yang bergerak hanya kakinya. Lainnya terdiam kaku.
Dengan perasaan yang sudah sangat tidak enak,akhirnya Nita sampai di depan ruang komputer. Menyandarkan tangannya ke tembok. Napas nya tersengal-sengal. Nita duduk.
"Ada apa,Nita? Habis melihat hantu sekolah?" Scout tertawa.
"Diamlah!" Nita menggertak.
"Nita,dimana Raya?" Hiro menyela.
"Dia ada di san..." Nita menunjuk ke arah Raya. Mukanya pucat. Terdiam seribu bahasa.
"Tadi..tadi ada di sana! Tadi..tadi di sana!" Nita masih syok. Jantungnya berdetak sangat kencang. Tangannya berkeringat.
"Kau mulai halusinasi seperti Raya. Apakah menular? Kau semakin lucu saja." Scout melihat arah yang ditunjuk Nita sambil tertawa.
"Tapi...tapi tadi benar-benar adaa...tadi ada Raya di sana. Ayo ikut aku! Jika kalian tidak percaya ya sudah. Aku tidak berbohong!" Nita berdiri. Mengajak Scout dan yang lain menuju tempatnya berbicara dengan Raya.
"Dia ada di sini tadinya! Aku tahu kalian tidak percaya. Tapi aku mohon,percayalah! Aku tidak berbohong." Nita menunjuk lantai. Tempat Raya berdiri sebelum menghilang. Mukanya memelas. Memohon agar semua orang percaya.
"Nit,sebenarnya tadi Raya juga ke tempat kami. Dia berkata,bahwa dia akan terus bersamamu. Dia tidak ingin melepaskanmu. Mukanya pucat. Matanya hitam. Rambutnya berantakan. Ish..seram sekali,Nit." Scout mengerjai Nita.
"Benarkah? Oohh..kenapa Raya menjadi seperti itu. Bahkan tadinya dia masih riang-riang saja bersamaku sebelum kembali. Apakah benar,Scout?" Nita bertanya.
Semua orang saling memandang dan tertawa. Mereka seperti melihat film komedi horor yang diperankan Nita dan Raya jadi-jadian. Scout sampai menggelosor di bawah seperti siput berjalan. Kisha hanya tertawa pelan tetapi lama. Hiro sama halnya dengan Scout,duduk di bawah sambil menepuk-nepuk kan tangannya ke lantai. Mereka berdua berangkulan.
Seandainya jika ini bukan menyangkut tentang Nita,pasti Nita akan tertawa bersama mereka. Tetapi ini bukan saatnya.
Nita berpikir. Dia akan kembali ke kantin. Siapa tahu saja Raya masih di sana.
"Teman-teman,aku akan kembali ke kantin. Kalian mau ikut atau tidak? Aku akan mencari Raya." Nita memasang wajah marah.
"Yang benar saja kawan. Kita ini satu kelompok. Kami ikut." Hiro dan Scout berdiri. Kisha sudah berada di samping Nita terlebih dulu.
Kami mulai berjalan ke arah kantin.
Selama perjalanan kami hanya diam. Tidak mengambil topik apapun untuk dibicarakan bersama. Daripada diam,Nita memulai percakapan.
"Apakah ada yang bisa menebak,apa yang akan kita temukan di kantin?"
"Aku menebak....Raya ada di sana. Diam. Berdiri dengan mata hitamnya." Hiro ikut-ikutan Scout.
"Sudahlah kawan,jangan berpikir yang tidak-tidak. Aku tahu,Raya tidak menyukaiku. Tetapi,aku merasa dia ada disana. Seperti orang gila. Jangan ada yang bertanya kenapa aku tahu. Aku punya insting yang kuat sejak kecil." Kisha berbicara datar. Seperti sudah tahu semua hal.
Semua orang terdiam. Termasuk Nita. Tidak akan ada yang tahu apa yang terjadi.