AFTER RAIN COME SUNSHINE

Tehina Dender
Chapter #14

Episode 13 : Menguatkan

Aku bangun. Meraba jidat dan leherku. Masih panas. Aku turun dari kasur. Keluar dari ruang UKS. Berjalan perlahan-lahan. Berpegangan pada dinding lorong. Aku ingin kembali ke kelas. Tugas dari Pak Pamana belumku selesaikan. Kelompokku gagal. Jadi aku harus mencari ruangannya. Kepalaku menjadi sakit setiap kali aku berjalan. Kakiku mati rasa. Seperti habis diinjak sesuatu yang sangat besar. Tanganku lebam. Sayatan kecil masih terlihat di segala sisi. Kuku jariku terlepas. Aku duduk sebentar. Memegangi kepalaku yang cenat cenut.

"Oohh...hari ini aku melakukan hal yang gila! Aku tidak percaya! Itu benar Pak Pamana?! Aku tidak percaya! Apakah Pak Pamana...?Hhhhhh." Aku berkata pada diriku sendiri. Berusaha meyakinkan diri bahwa kejadian itu hanyalah fatamorgana. Tetapi,aku juga yakin bahwa itu kejadian yang nyata! Aku tidak mungkin bermimpi jika aku bisa berjalan ke ruang UKS dan bertemu teman-teman. Selama aku bersekolah di kampus ini,aku sering mengalami kejadian yang diluar nalar. Dan tak ada satupun orang yang bisa membantu.

'"Ah sudahlah! Aku lelah dengan semua ini! Aku lelah dengan semua kejadian yang menimpaku! Siapapun,tolong lepaskan aku dari mimpi buruk ini! Siapapun..." Aku menangis. Menutupi wajahku dengan kedua tangan. Tiba-tiba pesan Nenek kembali menjalari pikiranku.

"Tuhan selalu membantu hambanya yang membutuhkannya."

Aku tetap menunduk. Masih menangis. Pikiranku kacau. Pikiran itu mulai ada.

"Apakah Tuhan memang ada? Jika ada,kenapa dia tidak datang menolongku? Kenapa aku diberikan hal-hal yang tidak aku suka?" Aku berpikir.

"Mengapa aku berpikiran seperti itu?! Mungkin saja Tuhan menyalurkan bantuannya tidak sekarang? Mungkin saja Tuhan memberikan bantuan lewat orang lain. Tetapi mengapa aku belum mendapatkannya?!" Aku menyangkal diriku sendiri. Cepat-cepat menghapus pikiran itu dari benakku.

Aku menampung air mata yang jatuh. Bak bendungan yang hendak pecah karena kelebihan air. Bagaikan bendungan yang hanya terbuat dari kayu. Roboh seketika jika di terjang air yang besar gelombangnya. Mungkin saja ada yang percaya semua ceritaku? Mungkin saja ada seseorang yang datang bagai malaikat yang siap sedia membantu? Hhhh...

"Raya. Apa yang kau lakukan disini? Apakah kau merasa lebih baik?"

Aku diam. Siapa yang datang kesini? Mengangkat wajahku. Tak kusangka ada seseorang yang datang pada waktu yang tepat. Aku mendongak. Terlihat wajah seorang guru yang tampan bagaikan pangeran tanpa kuda. Menatapku dengan penuh kasih sayang.

"Hei..ada apa dengan air mata itu? Apakah ada masalah,Raya?" Pak Pamana bertanya.

Aku masih melihat betapa tampannya guruku yang satu ini. Dari sekian guru yang ada di universitas ini,Pak Pamana lah yang memenangkan hatiku. Rambutnya masih tersisir rapi. Pakaiannya sedikit berbeda hari ini. Menggunakan kemeja lengan pendek dan celana panjang. Ditambah sepatu kets yang membalut kakinya. Matanya masih sama. Indah bagaikan rembulan. Senyumannya ikut serta menambah kesempurnaan dari seorang Pak Pamana. Aku menatapnya. Cukup lama.

Lihat selengkapnya