AFTER RAIN COME SUNSHINE

Tehina Dender
Chapter #15

Episode 14 : Karate Untuk Nya

Aku bangun dari tidurku. Berjalan kearah jendela. Membukanya perlahan-lahan agar tidak rusak. Jendela kamarku hanya terbuat dari kayu yang sangat rapuh. Tidak memiliki kaca atau apapun sejenisnya untuk melihat keluar rumah. Rumahku juga terbuat dari kayu yang hendak roboh. Setiap kali hujan,rumahku kebanjiran. Entah berapa lama aku akan hidup seperti ini. Keluargaku termasuk keluarga paling miskin di desa ini. Paling melarat.

Aku melangkah keluar dari kamarku. Membuka pintu rumah. Menghirup udara segar di pagi hari. Desa tempat aku tinggal masih sangat asri. Belum ada jalan raya. Jalannya masih terbuat dari bebatuan. Setiap rumah berderet di sisi kanan dan kiri. Diujung desa,akan tampak air terjun mini yang sangat indah. Tujuanku adalah air terjun itu.

Aku melihat-lihat rumah warga. Berimajinasi.

"Jika aku sudah besar nanti aku akan punya rumah seperti itu." Aku menunjuk salah satu rumah yang paling besar di antara yang lain.

Rumah itu milik konglomerat dari Jepang yang tinggal di desa ini. Kebanyakan warga di sini adalah orang Jepang. Mereka datang ke sini untuk melihat secara langsung keindahan disini.

Aku berjalan sambil bersenandung kecil. Masih melihat-lihat rumah penduduk yang sangat bagus ketimbang rumahku. Suatu saat nanti aku akan menguasai seluruh desa. Mungkin berkhayalku terlalu tinggi. Tapi tak apa. Jika aku bermimpi sangat tinggi dan aku gagal,maka masih ada bintang gemintang yang membantuku. Sejak kecil motoku adalah itu. Moto yang selalu aku ingat dibenakku. Moto yang sedikit menyemangati.

Aku membayangkan akan jadi apa saat aku besar nanti. Seorang dokter? Sepertinya tidak. Aku tidak begitu suka menjadi dokter. Seorang koki? Aku tidak bisa memasak. Seorang astronot? Aku takut tidak bisa pulang. Seorang guru? Mmm..bisa aku pertimbangkan. Yang jelas aku hanya ingin menguasai dunia. Aku tersenyum sekilas.

"Lihat saja nanti. Orang yang mengejekku akan tahu siapa aku!" Aku tertawa.

Takku sadari ternyata aku sudah sampai di ujung desa. Aku memandangi air terjun itu.

"Betapa beraninya air itu jatuh." Aku tersenyum.

Duduk di samping air terjun tersebut. Ada sebuah tempat duduk yang memang disediakan bagi warga dan para turis. Agar bisa menikmati keindahannya dari dekat. Jika aku memiliki benda yang bisa aku gunakan untuk berfoto. Pasti akan aku gunakan. Akan aku tunjukkan pada seluruh warga. Disini,alat pintar itu disebut Selikon. Alat itu memiliki layar kecil dan sebuah keyboard. Layarnya berbentuk persegi panjang dan keyboard yang mengambang jika dibuka. Keyboard itu seperti hologram. Sangat elok. Tapi Selikon di desa ini harganya sangat mahal. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa memiliki alat itu.

Aku kembali membayangkan jika aku memiliki Selikon. Warga sekitar pasti akan mendekatiku. Ingin mencoba Selikon yang kupunya.

"Hhhh...dasar. Warga desa disini akan baik kepada seseorang ketika membutuhkan sesuatu." Aku berbicara pelan. Mengamati air terjun dengan seksama.

Aku diam. Merasa ada seseorang yang berjalan mendekatiku. Aku membalikkan badan. Terlihat anak-anak seumuranku yang mendekat. Mereka adalah anak-anak yang suka menggangguku.

Lihat selengkapnya