Aku kaget. Itu suara perempuan. Bukankah aku sendiri di ruangan ini? Aku memandang sekitarku.
"Siapa disana?! Keluarlah! Hadapi aku jika kau tidak takut!" Suaraku bergema.
"Jangan sok berani kau. Jangan mentang-mentang kau jago karate kau bisa seenaknya terhadapku." Orang itu menjawab.
"Bagaimana kau tahu?"
"Aku tahu segalanya yang terjadi diatas sana."
"Kau pasti dikurung disini karena melakukan kesalahan besar. Bukankah begitu?"
"Ya" Orang itu menjawab pendek.
"Kenapa?"
"Kalahkan aku terlebih dahulu baru kau akan mendapat jawabannya." Perempuan itu merangsek maju. Berlari secepat kilat. Aku tidak sempat memerhatikan. Tiba-tiba saja orang itu mematok punggungku dari belakang. Aku menoleh. Orang itu menghilang. Ketika aku menoleh,dia bergerak secepat mungkin kebelakangku. Mematok punggungku untuk yang kedua kalinya. Punggungku seperti mati rasa. Kaku. Tidak bisa kugerakkan. Lumpuh begitu saja. Hebat sekali orang ini. Bisa melumpuhkan lawannya hanya dengan sekali patokan. Gerakannya juga sangat tangkas,ringan,dan juga cepat.
"Jangan melamun. Hadapi aku!"
"Sudahlah. Aku tidak ingin berkelahi. Tunjukkan dirimu." Aku berteriak. Memegangi punggungku yang tak bisa kugerakkan.
"Hhh...rupanya kau penakut." Samar-samar perempuan itu terlihat di kegelapan.
Aku tidak terima. Langsung merangsek maju. Tanpa berpikir dua kali. Melepaskan pukulanku. Orang itu bergerak dengan cepat. Berpindah tempat hanya dengan sekali gerakan. Alhasil tanganku menabrak dinding.
Gerakannya secepat kilat. Tak menimbulkan kegaduhan sedikit pun. Hebat!
"Aaduhh!!!" Aku mengibas-ngibaskan tanganku. Sakit sekali. Tulangnya sepertinya retak. Aku melihat tanganku. Mengelusnya.
"Jangan kau samakan aku dengan jurus karatemu yang basi itu. Tidak sepadan."
Setiap kali orang itu berbicara. Pasti menampakkan tubuhnya sedikit agar aku maju melawannya. Mengecohku.
"Aku sedang tidak ingin berkelahi. Keluarlah! Aku tidak ingin mencari masalah." Aku berteriak.
"Aku tidak akan menunjukkan diriku. Kau pasti akan kaget. Kau akan menjauhiku."
"Memangnya kenapa? Aku anggap semua manusia sama. Aku tidak akan menjauhimu. Percayalah padaku." Aku membujuk.
"Tidak. Aku tidak sama dengan manusia pada umumnya. Kau akan ketakutan. Pergilah. Jauhi aku. Biarkan aku hidup dalam kegelapan."
"Aku tidak akan pergi. Aku terkurung disini. Aku tidak akan keluar sebelum seminggu terlewati. Percayalah padaku. Aku tidak akan menjauhimu. Aku pernah berkenalan dengan seorang teman. Dia pendek. Tubuhnya gembul. Mukanya gosong. Dia selalu diejek oleh temanku yang lain. Dijauhi oleh teman-temanku. Tetapi aku tidak. Aku menguatkannya. Aku tidak akan pernah menjauhi temanku. Karena aku juga pernah merasakannya."
"Apakah ini jebakan? Kau pasti mengarang cerita supaya aku keluar dan kau melihatku kemudian mengejekku." Orang itu sedikit tersinggung.
"Apakah aku sejahat itu? Apakah dari wajahku ini terlihat jika aku begitu?"