AFTER RAIN COME SUNSHINE

Tehina Dender
Chapter #20

Episode 19 : Kematian

Tak terasa sudah enam hari aku disini. Aku akan keluar besok. Aku harap Kiren ikut denganku. Aku berharap sekali. Tetapi kemungkinan besar dia tidak akan mau. Apa salahnya mencoba?

Aku langsung mendekati Kiren. Dia sedang berlatih jurus-jurusnya.

"Kiren. Aku ingin bertanya sesuatu."

"Silahkan saja." Kiren tetap tidak berkutat.

"Apa yang kau inginkan saat kau keluar dari sini?" Aku memulai pembicaraan yang serius.

"Apa maksudmu?" Kiren seketika berhenti.

"Maksudku apakah kau tidak ingin keluar? Menyegarkan pikiran dan memenuhi semua mimpi yang terkubur?"

"Untuk apa? Aku bahagia disini. Aku malah akan tertekan jika aku menunjukkan diriku pada dunia. Akan membuat dunia berguncang. Tolong jangan paksa aku." Kiren menatap tajam kearahku.

"Tetapi kau bisa tinggal bersamaku. Kau bisa tetap bersamaku. Percayalah."

"Aku tidak bisa membuat keputusan. Aku tidak tahu. Aku lebih suka disini. Kau pergilah sendiri. Kau tidak akan merasa tertekan jika aku tidak ada. Tolong mengerti aku. Kau tidak merasakan apa yang aku rasakan. Sebenarnya aku mau saja seperti Kepala Desa itu. Pergi ke pesugihan dan membuat penampilan baru. Tetapi aku tidak sanggup. Aku tidak ingin merugikan orang lain. Tolong pahami kata-kataku." Air mata Kiren menetes.

Aku tahu persis bagaimana perasaannya. Tetapi aku ingin Kiren terus bersamaku. Aku tidak ingin tinggal sendiri. Aku tidak ingin hanya aku yang bisa merasakan indahnya dunia. Aku ingin membagi perasaan senangku kepada Kiren. Tetapi aku juga tidak ingin membuat Kiren sedih. Aku tidak ingin membuatnya merasa tertekan jika dia keluar dari sini. Jika memang dia merasa lebih baik di dalam sini. Aku tidak akan memaksa. Aku janji!

"Maafkan aku Kiren. Aku tidak bermaksud membuatmu sedih. Aku hanya ingin kita berbagi keceriaan bersama. Membagi kesedihan kita bersama. Aku menganggapmu seperti saudaraku. Aku hanya ingin kau mengerti. Itu saja. Aku tidak ingin sendiri di dunia yang kejam itu. Aku ingin kita menghadapi Kepala Desa itu bersama-sama seperti seorang saudara. Maafkan aku jika aku terlalu memaksa." Aku terisak.

"Terimakasih,Pamana. Kau selalu ada untukku walaupun aku sangat berbeda darimu. Aku bersyukur mempunyai teman sepertimu. Aku tidak akan memiliki yang kedua di dunia ini. Maafkan aku. Aku harus pergi." Kiren mulai berjalan,terus tanpa henti. Seakan-akan tidak ada yang menghalangi. Alam pun juga ikut serta memahami. Alam juga mengizinkan.

Lihat selengkapnya