Di bawah sini becek sekali. Seperti habis terkena banjir. Ada lima ruang. Kami belum mengeceknya sama sekali. Kami masih berjaga-jaga jika ada yang mengancam. Setelah menunggu,kami baru memutuskan untuk melihat kelima isi ruangan.
"Mari kita masuk!" Hiro menunjuk sebuah ruangan yang pintunya hampir terlepas. Engselnya sudah tidak ada. Kami harus memaksa pintunya agar bisa dibuka.
Hiro mencoba membuka pintunya. Untungnya tidak ada alat yang digunakan untuk membuka pintu.
Pintu terbuka. Debu mengepul di sekeliling kami. Membuat hidung kami seperti tersumbat. Ruangan ini kosong. Tidak ada satupun barang yang ada. Kami memeriksa seluruh penjuru ruangan. Barangkali menemukan sebuah petunjuk.
Aku berjalan mengelilingi ruangan. Tanpa tujuan. Aku tidak tahu harus mencari apa. Aku tidak tertarik. Ini seperti museum tua yang sudah tidak diperbolehkan untuk dibuka kembali. Sejak kecil aku sangat tidak menyukai museum. Membosankan. Saat ada kunjungan ke museum,aku lebih memilih untuk pura-pura sakit. Tetapi akhirnya, Nenek memaksaku untuk ikut.
Krek!
Aku terkesiap. Aku kira ada sesuatu yang mengikutiku. Tetapi ternyata aku menginjak sebuah benda. Benda kecil yang dibalut dengan kain hitam. Aku mengambil benda itu. Membuka kainnya. Ada sebuah liontin bertuliskan huruf "P".
"Aku pernah melihat ini! Tapi dimana?" Aku bergumam.
Ingatanku langsung memutar semua kejadian akhir-akhir ini. Semua yang aku jalani dari hari pertama masuk kampus hingga detik ini. Mengapa aku tidak dapat mengingatnya?!
"Apa yang salah dengan benda ini? Aku seperti pernah melihat liontin ini! Tapi dimana? Kapan? Dan bagaimana aku bisa melihatnya?" Aku sedikit kecewa.
Kenapa aku tidak dapat mengingatnya?! Aku hanya mengingat beberapa kejadian yang menimpaku saat di mimpi. Mulai dari melihat makhluk yang sangat besar dan bermata merah,masuk ke hutan hidup,dikejar oleh 'Nita',dan diselamatkan oleh Nenek. Aku masih mengingat semua kejadian itu! Tetapi mengapa aku tidak mengingat liontin ini?
Aku memutuskan untuk menyimpan benda ini. Barangkali aku mengingatnya suatu saat. Aku melihat kearah pintu. Seperti melihat sekelebat bayangan yang besar. Aku melangkah keluar. Mengikuti bayangan itu. Masih ada! Bayangan itu berputar-putar di depan pintu ruangan sebelah. Aku mendekatinya. Melihatnya lebih dekat. Tiba-tiba ada yang menepuk pundakku. Aku terlonjak kaget. Melihat ke belakang. Tak ada apapun. Ada yang menepuk pundakku lagi. Aku berbalik. Tak ada apapun.
"Jangan mengganggu! Aku peringatkan!" Aku berteriak. Jantungku menjadi berdebar.
Aku mencoba melihat lagi kearah pintu. Ternyata bayangan itu sudah hilang! Ada apa ini?!
"Raya!" Ada seseorang yang memanggilku dengan suara yang sangat pelan tetapi tajam.
"Siapa itu?!" Aku mengeraskan suara. Agar rasa takutku hilang. Tetapi aku malah merasa merinding. Bulu kudukku berdiri. Karena aku terlalu takut,aku memutuskan untuk kembali ke ruangan sebelumnya. Berlari dengan cepat.
"Ada apa,Raya?" Nita melihat kearahku.
Dadaku kembang kempis. Napasku tak teratur. Tanganku gemetar. Bulu kudukku tak kunjung turun.
"Ada yang memanggilku....tadi. Ada bayangan besar yang berputar-putar di ruangan sebelah. Kita harus kesana!" Aku mengatur napas.
Aku mengajak mereka untuk ke ruangan sebelah. Mereka menurut. Memenuhi permintaanku.
Kami sampai di depan ruangan. Pintunya masih utuh. Bahkan terkunci. Tak ada satu bagian pun yang keropos. Semuanya masih utuh. Berbeda dengan ruangan yang lain.
"Kenapa pintunya masih utuh? Apakah diganti secara rutin?" Scout asal bertanya.
"Desa ini tak berpenghuni. Tak mungkin ada seseorang yang datang." Aku menjelaskan.
Hiro membuka pintunya. Tetap saja terkunci. Walaupun di dobrak sekalipun,pintu ini akan tetap kokoh berdiri. Apakah ruangan ini menyimpan sesuatu? Ada apa didalamnya?