"Bagaimana selanjutnya sok pintar?" Scout mengejekku.
Aku melihatnya. Melotot. Scout juga melihat kearahku. Tersenyum. Senyum yang penuh makna.
Aku maju. Mendekat ke pintu. Aku melihat lubang kuncinya. Ini seperti tak asing bagiku. Semua lubang kunci ini seperti mudah saja kupecahkan. Aku melihat lubangnya lebih fokus. Konsentrasi penuh.
"Apakah berhasil,Nona?" Scout berjalan kearahku.
"Diamlah jika ingin selamat!" Aku berteriak.
Aku kembali memandangi lubang kuncinya. Ini seperti....seperti. Seperti liontin yang aku temukan! Aku mengeluarkannya dari saku celanaku. Meraba huruf P nya. Aku mendekatkan liontin itu ke lubang kunci. Cocok!
Aku memasukkan liontin itu ke lubang kunci. Dan... terbuka! Aku berteriak girang.
"Aku hebat bukan?" Aku mendekat kearah Scout. Scout hanya diam. Memandangiku dengan tatapan tak suka.
Tiba-tiba sekitarku menjadi gelap.
"Nita...Hiro...Dimana kalian?!" Aku mulai panik.
Tetapi tak ada jawaban. Aduh! Bagaimana ini?! Apa yang aku lakukan?!
"Nita...Hiro?" Aku memanggil lagi. Jantungku menjadi beribu kali lebih cepat dari kecepatan normal. Rasa ketakutanku merambat. Awalnya hanya merasa dan merambat keseluruhan tubuhku.
"Raya....kemari..."
Suara itu sangat lembut. Halus.
Aku mengikuti arah suara. Berjalan dalam kegelapan. Beberapa saat,mataku mulai menyesuaikan. Aku mulai bisa melihat sekelilingku. Aku berjalan mendekati ruangan yang lain.
"Nita...dimana kau?"
"Sini..." Suara itu berada di sebuah ruangan di depanku.
"Apakah kau di dalam?" Aku mengetuk pintunya. Suaraku bergetar karena ketakutan.
"Masuk...." Suara itu menjadi mencekam.
Aku bimbang. Apakah aku masuk? Ataukah tidak?
Akhirnya aku memutuskan untuk masuk kedalam. Pintunya tidak terkunci. Mungkin saja Nita memang di dalam. Aku melangkah masuk. Di sini sama gelapnya. Tetapi tak ada barang apapun. Hanya sebuah meja tinggi yang sudah patah salah satu kakinya.
Aku mendekati meja itu.
Der!
Tiba-tiba pintu dibelakangku menutup dengan keras. Seperti ada yang membantingnya.
"Hei! Hei! Jangan ditutup!" Aku berlari kearah pintu. Menggedor-gedor pintunya.
"Hei! Hei! Siapapun yang diluar,buka!!" Aku semakin panik. Jantungku semakin memacu kecepatan. Keringatku mulai keluar di seluruh bagian tubuhku.
"Raya....jangan takut..." Sebuah suara memanggilku dari arah belakang.
Jantungku semakin berdebar. Aku tak berani melihat. Menutup mataku.
"Sss...siapa ii..itu?" Aku bertanya ke arah seseorang yang ada di belakangku. Entah siapa dia.
Hawa dingin menguasai ruangan ini. Bulu kudukku berdiri. Kulitku seperti ada yang menyentuh. Sangat halus. Hanya seperti rangsangan.
"Hei! Siapa disana?!" Aku berteriak. Masih belum membalikkan badan. Aku benar-benar ketakutan sekarang. Aku merinding.
"Berbaliklah..." Suara itu semakin dalam.
Perlahan aku membalikkan badan. Menggerakkan kakiku sedikit demi sedikit. Masih menutup mata. Apa yang akan terjadi jika aku membuka mata?
Aku sudah berbalik. Mungkin tepat menghadap orang itu. Aku membuka mataku sedikit demi sedikit. Aku melihat ada bayangan yang sangat tinggi. Aku menutup mataku kembali. Aku terlalu takut untuk membuka mata.
Aku menenangkan diri. Menarik napas dalam-dalam. Mengatur napasku agar lebih tenang.