AFTER RAIN COME SUNSHINE

Tehina Dender
Chapter #29

Petualangan 8 : Murid Baru

Pagi yang cerah untuk berjalan-jalan. Suara deru motor menghiasi indahnya pagi ini. Kicauan burung menambah kesempurnaan. Angin sepoi-sepoi memainkan anak rambutku. Aku menghirup udara. Menahannya sebentar dan menghembuskannya. Sebelum aku berangkat,aku diberitahu Nenek tempat aku kuliah. Universitas Kalipatan Tiga. Aneh rasanya. Menjadi Raya yang sama tetapi ingatan yang berbeda. Aku mengangkat bahu. Meneruskan perjalanan.

Setelah sepuluh menit lamanya aku berjalan,akhirnya aku sampai di gerbang kampus. Menyapa semua orang yang lewat. Semua orang berpandangan. Mereka tidak biasanya diperlakukan begini olehku. Terlihat aneh memang.

Saat aku asyik menyapa orang-orang,aku melihat Nita,Hiro,dan Scout sedang duduk di kantin. Aku menghampiri mereka. Untungnya aku tidak lupa mereka pernah menjengukku di rumah sakit.

Aku sedikit berlari. Menepuk punggung Nita. Nita agak kaget dengan kedatanganku.

"Hai,sedang sarapan?" Aku memulai percakapan.

"Eeh,Raya. Apa kabar?" Nita bertanya. Senyumnya agak dipaksakan.

"Baik. Ada apa dengan senyum itu?" Aku bertanya balik.

"Oh. Tak apa. Duduklah bersama kami." Nita menepuk kursi di sebelahnya dan mempersilahkan aku duduk.

"Terimakasih." Aku duduk. Memandangi mereka.

"Ada apa,Raya? Terlalu pagi untuk melihatku yang setampan Pak Pamana." Scout menyisir rambutnya. Tertawa.

"Pak Pamana?"

"Astaga! Kau tak tahu? Kau tak ingat?" Nita terbelalak.

"Tidak. Siapa dia?" Aku bertanya santai.

"Dia guru kita. Mengajar kelas mata-mata." Nita menatapku dengan tatapan menyelidik.

"Kenapa memandangku begitu? Ada yang salah?" Aku pura-pura tersenyum.

"Kau dulu.... kau punya sesuatu dengan Pak Pamana." Nita berkata lirih.

"Sesuatu? Seperti apa?"

"Yah..seperti. Seperti perasaan lebih." Nita berbicara sesekali menyeruput minumannya.

"Perasaan lebih?" Aku mengingat-ingat. Tapi hanya kosong. Padang pasir muncul di pikiranku.

"Ah! Lupakan saja. Mari kita ke kelas." Nita berdiri. Mengajak kami kembali ke kelas.

Kami berjalan dengan tenang. Tanpa berbicara sedikit pun. Aku menatap mereka.

"Apakah sebelumnya kita seperti ini?" Aku cemberut.

"Seperti ini?" Nita bertanya tanpa menatapku sedikit pun.

"Iya. Seperti ini. Apakah kita tidak pernah berbicara satu sama lain?"

Mereka semua berhenti. Menatapku serempak. Melihatku dengan sangat sinis.

"Sebelumnya tak seperti ini. Tapi kau merubahnya!" Nita berteriak.

"Aku?" Aku terlihat bingung.

"Kenapa kau lakukan itu,Raya? Kenapa? Apa salah kami kepadamu?" Nita terisak.

"Bicaralah dengan jelas. Ada apa,Nita?"

Nita menatapku. Lalu pergi begitu saja. Berlari meninggalkanku.

"Ada apa, Hiro?"

Lihat selengkapnya