"Hiro! Scout!" Nita tersengal-sengal. Napasnya tak keruan. Keringat menjalar di seluruh tubuhnya. Jantungnya berdebar kencang. Pikirannya tak henti-henti mengingat kejadian tadi.
"Ada apa,Nit?" Scout melihat Nita dengan tatapan bingung.
"Ya,ada apa? Dimana Raya?" Hiro menambah pertanyaan.
Nita menarik napas dalam-dalam dan mulai bercerita semua yang dia lihat.
"Maka dari itu,ayo kita ke sana sekarang!" Nita terlihat panik.
Hiro dan Scout mengangguk. Mereka langsung berlari menuju kamar mandi belakang kantin.
Selama perjalanan mereka tak berbicara sepatah kata pun. Hiro dan Scout yang telah mendengarkan cerita Nita langsung kaget dan panik. Tidak menyangka kejadian itu akan menimpa Raya. Nita hanya fokus berlari dan berdoa dalam hati agar Raya tak apa-apa. Walaupun Nita dalam kondisi membenci Raya,tetapi dia tak akan tega membiarkan Raya dalam keadaan seperti itu.
Mereka terus berlari hingga sampai di kamar mandi belakang kantin.
Nita memandang sekitar. Matanya terbelalak. Pikirannya memikirkan banyak hal. Nita bingung.
"Ada yang salah?" Scout bertanya kepada Nita.
"Tentu saja. Lihatlah." Nita menunjuk kamar mandi.
"Lihat apa? Hanya kamar mandi tua yang sudah tak terawat. Bukankah Raya tidak suka hal-hal yang kotor dan tua? Kenapa dia memasuki kamar mandi ini?" Hiro mendekati Nita. Melihat kamar mandi lebih dekat.
Niat terdiam. Memandangi terus menerus kamar mandi itu.
"Ada apa sih,Nit?! Jangan buat aku penasaran." Scout mulai kehabisan kesabaran.
"Itu,Scout. Itu." Nita terus menerus menunjuk kamar mandi yang dipenuhi dengan lumut.
"Bicaralah dengan jelas Nita. Apa yang kau mau?" Scout mulai kesal.
Nita menarik napas. Menutup mata dan mengeluarkan napasnya perlahan-lahan.
"Di sana. Di sana Raya hilang. Tetapi,saat aku ke sini kamar mandi itu bersih. Sangat bersih. Seperti kamar mandi baru. Benar-benar mengkilap. Entah apa yang terjadi selama aku pergi." Nita mengangkat bahu sambil terus memandangi kamar mandi yang berubah drastis.