Buk!
"Dimana ini?" Nita memegangi pundaknya yang terasa sangat sakit. Kakinya susah bergerak. Lehernya seperti hendak patah. Matanya masih terpejam. Pemandangan tadi sungguh tak akan bisa dilupakan.
Sebelum mereka sampai di tempat ini,mereka memasuki sebuah lorong yang sangat gelap. Tanah lorong itu lebih kasar dari sebuah ijuk. Lebih lembap dari seekor cacing. Mereka diseret oleh sesuatu yang tak bisa dilihat dengan mata telanjang.
Nita membuka mata. Tampak Hiro dan Scout yang tak sadarkan diri. Walaupun ruangan ini masih sama gelapnya,Nita masih bisa melihat bayangan mereka berdua.
Nita berdiri. Melemaskan badannya. Berjalan mendekati Hiro dan Scout yang tengah tertidur karena tekanan.
"Hiro. Scout. Bangun." Nita mengguncang tubuh mereka. Tetapi mereka tak kunjung bangun. Nita mencoba lagi.
"Hiro! Scout! Ayo bangun!" Nita mengguncang tubuh mereka lebih keras. Suaranya tegas tapi pelan.
Hiro yang sadar Nita membangunkannya menggerakkan tangannya perlahan. Matanya mengerjap-ngerjap.
Nita melihat Hiro. Memandangnya dengan penuh perhatian. Melihatnya dengan penuh kasih sayang.
"Nita. Dimana kita?" Hiro mengucap pelan.
"Aku tak tahu. Apakah kau bisa bangun?"
"Mungkin saja. Akan aku coba." Hiro menggerakkan kakinya perlahan. Saat digerakkan tulangnya menimbulkan suara.
"Mari aku bantu." Nita menjulurkan tangannya.
Hiro melihat Nita dengan sedikit bingung. Nita tak biasanya seperti ini kepada Hiro. Tetapi,Hiro menerima bantuannya untuk menghormatinya.
"Ada yang salah?" Hiro berdiri. Melihat Nita.
"Apakah kau tahu? Kau bukanlah satu-satunya orang yang tidak mengerti." Nita tersenyum.
"Berhentilah memandangku. Aku tak terbiasa dengan hal ini." Hiro memalingkan muka.
"Tak apa." Nita masih memandang Hiro. Melihatnya sangat lekat.
"Ah! Mari kita bangunkan Scout. Dia belum bangun dari tadi." Hiro buru-buru mendekati Scout yang tergeletak tak berdaya.
"Tak perlu. Dia sudah bangun dari tadi."
Langkah Hiro terhenti. Dia membalikkan badan.
"Apa sebenarnya mau mu Nita?" Hiro mulai kesal. Ini bukanlah Nita yang dia kenal.
"Kau tak perlu tahu. Kau bukanlah satu-satunya." Nita masih menjawab datar.
"Katakan apa yang kau mau. Kau bukan Nita yang aku kenal." Suara Hiro meninggi. Membuat sekitar semakin mencekam.
"Saat kau tahu. Kau takkan bisa melupakannya. Kau tak akan bisa menerimanya. Aku Nita. Kau tahu itu." Nita berbicara halus. Membuat siapa saja yang mendengarnya menjadi luluh.
"Apakah aku tertinggal sesuatu?" Tiba-tiba Scout memecah keheningan. Rambutnya berantakan. Suaranya sedikit bergetar. Dia agak sulit untuk berdiri.