AFTER RAIN COME SUNSHINE

Tehina Dender
Chapter #34

Petualangan 13 : Kejadian Besar

Mereka berlari tanpa henti. Keringat mereka lebih deras dari air sungai. Sekarang mereka memasuki sebuah kawasan yang dipenuhi oleh pepohonan. Hutan belantara. Sangat hijau. Pohon-pohonnya bergerak mengikuti arah angin. Bergerak kompak ke kanan dan ke kiri. Tapi kali ini, mereka tak memedulikan apapun di sekelilingnya. Mereka harus fokus mencari Raya dan Nita. Bahkan jika mereka di tempatkan di sebuah kawasan penuh salju yang sangat indah,mungkin mereka tak akan melirik sedikit pun butiran putih nan indah itu.

"Scout,apakah kau merasa lelah?" Hiro bertanya.

"Belum. Entah kenapa kali ini aku tak merasa lapar. Sebuah keajaiban mendukungku." Scout fokus mentap ke depan. Kakinya tak akan berhenti sebelum berhasil mencapai tujuan.

"Syukurlah." Hiro mengangguk. Melirik Scout sekilas.

"Menurutmu apakah perjalanan kita masih jauh?" Scout terengah-engah.

"Aku tak tahu. Mungkin sebentar lagi. Kita sudah berlari jauh sekali." Hiro memegangi dadanya. Berusaha menetralkan suara dan napasnya.

Scout diam. Tak menanggapi pembicaraan Hiro. Ia tak kuat lagi untuk berbicara.

Langkah mereka terdengar diantara bunyi gemerisik pohon bambu. Berkelontangan karena diterpa angin. Bunyinya merdu ketika didengar.

Semakin jauh mereka masuk ke dalam hutan. Rawa-rawa memenuhi bagian kosong di tepi hutan. Dipenuhi dengan lumut dan tumbuhan merambat. Rumput-rumput liar juga ikut serta menghiasi rawa itu. Airnya kotor seperti kolam yang tak pernah dikuras ribuan tahun. Baunya tercium dari beberapa meter sebelumnya. Sungguh pemandangan yang,menjijikkan.

Mereka berlari tanpa disertai pembicaraan. Tetapi, tiba-tiba Hiro berbicara kepada Scout dengan nada yang waspada.

"Scout! Di depan sana! Berhenti sekarang!" Hiro menunjuk ke depan.

Scout yang kaget langsung menghentikan langkahnya secara mendadak.

"Ada apa Hiro?! Kau membuatku kaget!" Scout memandang Hiro.

"Jika kau tahu apa yang aku maksud kau takkan marah Scout! Lihatlah!" Hiro masih mengacungkan jarinya. Menunjuk lurus ke depan.

Scout mengalihkan pandangannya. Sekarang ia memandang arah yang ditunjuk oleh Hiro.

"Ada apa di sana?" Scout memicingkan matanya. Ia tak melihat apapun di depan sana.

"Lihatlah baik-baik. Akan aku jelaskan. Di depan sana ada sebuah batu yang sangat besar. Di samping-sampingnya ditumbuhi oleh lumut yang menempel pada batu itu."

"Oh. Aku melihatnya. Kenapa kau memberitahukan itu kepadaku? Ada apa?" Scout sekarang memandang Hiro lagi. Matanya masih menyiratkan tanda tanya.

"Sebelum kita kemari,kita diajak Nita ke kamar mandi yang sangat kotor. Ingat?

Scout mengangguk. Hiro mengambil napas dan mulai berbicara lagi.

"Setelah kita masuk ke dalamnya,Nita memasuki salah satu toilet dan menemukan sebuah kertas bertuliskan huruf Jepang. Ia memberikannya kepadaku. Di bawah kertas itu,ada gambar yang sangat mirip dengan batu itu. Lumutnya juga sama. Yang jelas,batu itu akan membawa kita ke tempat Raya berada." Hiro menatap kosong ke arah batu itu. Matanya membesar. Bibirnya menyunggingkan senyum.

"Kenapa kau jadi aneh seperti itu? Raut wajahmu menyiratkan sesuatu." Scout memainkan jarinya sambil memandangi wajah Hiro.

"Ha? Oh. Kau tak perlu tahu. Ehm,maksudku tak apa. Oh iya,kau tahu apa yang tertulis di retas itu?" Tiba-tiba suara Hiro menjadi serius. Pandangannya tak lagi kosong. Melainkan memberikan tatapan tajam kepada batu itu.

"Memangnya apa isinya?"

"Sebenarnya,Raya itu..." Belum selesai Hiro berbicara, tiba-tiba sebuah suara kencang membuyarkan semuanya.

Duar!

Ledakan terjadi di berbagai sudut. Pohon-pohon mulai terlepas dari akarnya. Jatuh berurutan.

"Ada apa ini Hiro?" Scout panik. Jantungnya berdebar kencang.

Hiro diam. Mengamati sekitarnya.

"Ayolah Hiro. Aku tahu kau pintar. Tapi jangan sekarang. Kau tak perlu mengamati sekarang. Ini benar-benar mendesak. Ayolah. Katakan sesuatu!" Scout semakin panik. Sekarang tangan dan kakinya gemetar tak keruan. Keringatnya keluar sedikit demi sedikit.

"Sepertinya aku tahu apa yang terjadi. Ikuti aku!" Hiro berlari. Berjalan menuju batu itu.

"Apakah kau gila?! Batu itu saja sudah bergetar. Sebentar lagi akan retak! Apakah kau mau mati?!" Scout masih diam di tempat.

"Jika kau mengikuti aku,kau takkan mati. Malahan jika kau berdiri di sana pohon itu akan jatuh tepat di atasmu." Hiro menunjuk pohon yang ia maksudkan.

Lihat selengkapnya