Nia masih mengejar sahabatnya itu, keliling ruangan kelas. Setelah beberapa menit saling berkejaran, Rani menyerah dan minta maaf kepada Nia, yang masih merasa kesal.”Nia, aku nyerah. Iya aku minta maaf deh”
“Dari tadi kah gitu!. Bikin ngeselin tau gak!”
Pelajaran terakhir sudah di mulai. Pelajaran Matematika adalah mata pelajaran yang paling ditunggu Nia, namun, tidak bagi Rani. Entah kenapa, mereka seperti magnet dengan kutub yang sama, jika disatukan justru semakin menolak. Dan itu benar-benar terjadi bukan?
Dari sudut kelas, terdengar suara Rendy yang begitu lantang menyiapkan semua siswa di kelas XI IPA 1. Semua siswa bediri dengan tegap di bangku masing-masing, kecuali Tiro. Nia melihat Tiro yang masih duduk merasa ingin menegur siswa baru itu. Namun tak bisa.
Sedangkan, Bu Kasih hanya melihat Tiro, tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun untuk menyuruh Tiro berdiri. Nia merasa kalau Tiro dispesialkan oleh Bu Kasih.Tapi mengapa?.
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu mulai berputar-putar di kepala Nia, tanpa ia sadari semua siswa sudah duduk, hanya dia seorang yang belum duduk.
“Nia, duduk”Bisik Rani disampignya
Pikiran-pikiran yang mengelilingi Nia seketika buyar, setelah Rani menyuruhnya untuk duduk. Kali ini ia berterimakasih kepada Rani, jika ia tidak memberitahu, maka ia pasti merasa malu seumur hidup.
“Makasih, Rani”Ucapnya sembari tersenyum dengan lebar
“sama aku kah Nia?”Balasnya yang mendadak konslet
“gak, aku berterimakasih sama meja kamu!”
“ish..., Nia. Masa sama meja, Aku dong!”
“Iya, Ran. Sama kamu lah pastinya”
Bu Kasih yang baru saja ingin menjelaskan, tiba-tiba matanya menyorot ke bangku mereka, yang sedang berbisik-bisik. “yang sedang talkshow di meja depan, ngomong apa?”Tegur Bu Kasih