Nia termenung sesaat, setelah melihat Tiro yang aneh tadi. Tetapi, seketika pundaknya ditepuk oleh Rani yang ingin pamit karena telah dijemput. Entah kenapa, Nia itu sangat penasaran dengan Tiro. Ia tak tahu apa yang sedang terjadi dengan siswa baru itu yang membuat pusing kepalanya.
“Nia?, lihat apa?”
“eh Rani?, gak ada apa-apa kok”
“Nia, mamaku udah jemput tuh di koridor. Aku tadi cari kamu loh!”
“cari kenapa?”
“kamu gak mau nebeng?”
“gak usah Ran, Pak Yanto udah dijalan kok”
“ya udah deh, aku pulang dulu”
Beberapa menit kemudian, Pak Yanto―supirnya menghampirinya dengan membawa sebuah jas hujan dan payung. Raut wajah Pak Yanto terlihat sangat cemas karena menjemput agak lama dirinya. Tapi sebenarnya tak ada yang perlu dikhawatirkan apalagi hanya Nia.
“Non?, ayo pulang non”Ajak Pak Yanto sembari mengulurkan payung dan jas hujan.
“iya, pak”
Mereka melangkahkan kaki menuju sebuah mobil berwarna hitam. Langkah kaki Nia begitu pelan dan sedikit berhati-hati dengan genangan air disekitar tempat parkiran.
Saat didalam mobil, ia kembali membuka handphone miliknya. Sedangkan Pak Yanto sedang sibuk untuk bersiap-siap mengemudikan mobil hitam yang sudah basah kuyup dipenuhi rintikan air hujan.
Apakah kalian tahu?wajah Nia yang ceria disekolah sebenarnya hanyalah sebuah topeng agar dirinya tak terlihat sedih oleh Rani. Ia sebenarnya tak ingin pulang kerumahnya. Bukan tanpa alasan, akhir-akhir ini ayah dan ibunya selalu bertengkar, karena urusan perusahan ayahnya yang mendekati ambang kebangkrutan. Ia sudah tak tahu apalagi yang harus diperbuat untuk membantu menyelesaikan masalah dalam keluarganya.
Pak Yanto melihat Nia yang termenung dari kaca depan beranda mobil, Pak Yanto cukup penasaran dan bertanya kepadanya”Non, Nia tidak apa-apa?”
“gak apa-apa pak”
“Non, pasti lagi pikirin ayah dan ibu non ya?”
“ehm...,iya pak”
“Non, Pak Yanto pernah juga berada di posisi Non sekarang. Mbok dan Pa’e, Pak Yanto juga dulu pernah bertengkar hanya karena hal yang sulit untuk diselesaikan. Tapi, sebenarnya masalah itu akan terselesaikan jika kita sabar dan tenang, karena pak Yanto tau masa-masa itulah adalah sebuah emas yang tak akan pernah didapatkan lagi.”Ucap Pak Yanto yang sedikit menenangkan.
“tapi, pak. Ayah dan mama sepertinya lagi berada di puncak emosi”
“iya, justru saat itulah Non harus menenangkan ayah Non. Api akan kalah jika disiram air”