Rudi nampak gelisah. Ia berjalan mondar-mandir di samping mobilnya dengan wajah tegang. Berulangkali matanya menatap ke arah tanjakan Kenaren yang terjal sembari berharap Dandi dan Nadya segera datang dengan membawa bala bantuan. Tapi kiranya harapannya itu tinggal harapan. Sudah setengah jam ia menunggu, Dandi dan Nadya belum terlihat juga batang hidungnya.
Kegelisahan yang sama juga dirasakan oleh Toni yang sedang mengawasi Nuril dengan pandangan lekat-lekat. Tampak jelas, meski sudah sadar tapi tatapan gadis itu masih terlihat kosong. Nuril lebih banyak memandang ke belakang, ke arah jalan yang menurun dengan tajam dan berkelok-kelok seperti ular naga yang sedang berjalan. Kengerian telah mengantarkan Nuril pada rasa ketakutan yang mencekam. Kiranya bayangan wanita pemakan bayi yang tadi dijumpai masih juga menghantui pikirannya.
Sekali lagi Rudi memeriksa arlojinya. Ia geleng-geleng kepala. Kepergian Nadya dan Dandi yang sudah lebih dari setengah jam, telah pula mendatangkan pikiran buruk di otaknya. Sambil menahan kegelisahan ia berjalan menghampiri Toni.
“Ton, sudah lebih setengah jam Dandi dan Nadya pergi tapi kok belum kembali juga, ya?” Rudi bertanya dengan kegelisahan yang kian memuncak.
“Mungkin mereka belum menemukan warga yang bisa dimintai bantuan,” jawab Toni pelan.
“Nggak mungkin Ton, setahuku warga kampung Bedengan ini pasti masih banyak yang terjaga di jam segini.”
“Atau jangan-jangan mereka ….” Toni tak sanggup meneruskan kalimatnya. Ia takut dengan bayangan buruk yang melintas di benaknya.
“Tersesat, maksudmu?” sahut Rudi dengan tatapan tajam.
Toni mengangguk pelan.
“Nggak mungkin, Ton. Jalan ke kampung Bedengan hanya satu ini. Itupun kurang dari satu kilo. Tinggal lurus saja.”
“Terus, apa rencanamu sekarang?”
Sebelum menjawab, Rudi menarik tangan Toni agar agak menjauh dari Nuril yang masih menatap hampa dalam kegelapan.
“Kita tunggu sepuluh menit lagi. Kalau mereka belum datang juga, kita tinggalkan saja mobil di sini, kita susul mereka. Perasaanku nggak enak. Aku takut terjadi apa-apa pada mereka.” Rudi berkata dengan suara lirih.