SITINGGIL PETILASAN KERAMAT

Oleh: Heru Patria

Blurb

Aaaaahh!

Jeritan panjang yang menyayat hati terlontar dari mulut para warga dukuh Kromasan yang lari tunggang langgang dari tempat pagelaran seni kuda lumping. Dua orang pemain kuda lumping yang beratraksi menginjak-injak dan memakan pecahan beling tiba-tiba jatuh tersungkur bersimbah darah. Kaki dan mulut mereka tertusuk puluhan pecahan beling tajam hingga menusuk tulang. Pagelaran kuda lumping yang digelar dalam rangka acara bersih desa itu berakhir tragis dan mengerikan.

Sekelompok kelelawar hitam terbang berarak menuju makam Sitinggil. Matanya yang menyala semerah darah menatap tajam seorang pemuda yang sedang berdiri mengangkang, mengencingi sebongkah batu hitam. Dalam jilatan cahaya purnama, batu hitam itu berubah menjadi sebentuk kepala menyeramkan. Lidahnya yang gosong tampak menjulur liar dan menyedot habis semua cairan yang ada dalam tubuh pemuda itu. Hingga sang pemuda jatuh terkulai dengan badan mengkerut tinggal kulit dan tulang.

Hiiih!

Gayatri bergidik ngeri. Cincin merah delima yang melekat di jari manisnya mendadak memancarkan sinar merah menyilaukan. Akibat pantangan adat yang melarang hubungan asmara sesama warga Kromasan, terpaksa Gayatri dan Panjali menjalin cinta secara sembunyi-sembunyi. Hal itu dimanfaatkan oleh Jonet untuk mempengaruhi warga agar mengusir Panjali dari desanya. Karena sebenarnya Jonet juga mencintai Gayatri.

Maka makam Sitinggil pun dibuat bergolak dan menebarkan maut sepanjang malam.

Lihat selengkapnya