Alisha mengerjapkan matanya beberapa kali dan bangkit dari tidurnya. Dia sama sekali tidak melihat gerak-gerik orang tuanya yang sedari tadi menonton televisi hingga selarut ini. Langkah kakinya masih menapak di atas lantai dingin, bergerak perlahan dan membiarkan dingin yang selalu menusuk telapaknya secara mendadak. Pandangannya teralih ke atas lemari pendingin, terdapat sereal kesukaannya dengan krimer kental manis.
Awalnya, Alisha hendak memakan itu dan kembali tertidur, tetapi, saat dia tidak sengaja menoleh ke arah pintu belakang, dia mendapati cahaya terang yang membuat rasa penasarannya mendorong kedua kaki untuk melangkah dan mendekati pintu itu dan membukanya.
Perlahan Alisha menggeleng, dia tidak mau melangkah ke sini, dia harus tidur untuk bersekolah. Dia yakin, otak dan hatinya sudah menolak langkah kakinya. Akan tetapi, Alisha tidak mengerti apa yang membuat kakinya sangat ingin mendekati cahaya lonjong yang memiliki tinggi yang sama dengannya.
Sebelah kirinya, terdapat cahaya berwarna mirip dengan batu emerald, sangat cerah dan berbentuk perdegi panjang. Berbeda dengan di depannya, berbentuk bulat lonjong dengan warna yang mirip dengan batu ruby. Sedangkan sebelah kanannya terdapat portal yang sama, berbentuk segitiga terbalik dengan warna yang mirip dengan batu amethyst. Dia menggeleng kuat, ini pasti kelakuan orang yang iseng, itu yang ada di pikirannya.
Namun, perlahan Alisah melangkahkan kakinya ke arah portal segitiga tersebut, tangan kirinya lebih dulu masuk hingga seluruh tubuhnya. Ternyata, kakinya melangkah ke bentuk dan warna portal yang dia sukai.