Skandal Universitas

Nikita Luisa
Chapter #2

Bab 1 - Abel Daniswara

Seminggu sebelumnya.


Sepertinya aku sedang terlibat dengan masalah yang lebih serius daripada yang kupikirkan.

Sudah dua jam berlalu semenjak durasi ujian berakhir, namun, auditorium fakultas ekonomi yang jadi lokasi ujian akhir pada semester ini masih dipenuhi banyak orang. Tidak ada tanda-tanda dari para pengawas ujian bahwa para siswa yang ada di dalam ruangan bakal pulang dalam waktu yang dekat. Para pengawas ujian sudah menahan seluruh peserta di auditorium, memastikan bahwa tidak ada satu orang pun di ruangan tersebut yang memegang gadget ataupun pergi dari ruangan.

Aku melirik arlojiku dengan tak sabar. Berusaha menahan rasa bosan yang menjalar. Sedari tadi, yang kulakukan hanya ongkang-ongkang kaki sembari menunggu giliran untuk dipanggil interogasi, tanpa gadget, bersama puluhan mahasiswa lainnya yang berada di ruangan tersebut.

Walau sudah lewat jam kerja, para pengawas yang tengah menjaga pintu ruang auditorium tak punya keinginan untuk membiarkan siapa pun pergi dari ruang auditorium sebelum menjalani interogasi. 

Sontak, aku melirik arloji sembari mengomel tak karuan dalam hati.  Aku hanya punya waktu setengah jam sebelum pengumuman finalis mahasiswa berprestasi di kongres mahasiswa diumumkan. Demi menjaga martabatku sebagai salah satu calon unggulan, aku harus pergi dari tempat ini secepat mungkin. Kalau sampai terlambat, jangankan bermimpi untuk mendapatkan benefit sebagai pemenang mahasiswa berprestasi, yang ada malah sepertinya aku bakal ditendang dari ruangan tersebut.

Aku melirik ke beberapa oknum di ruangan tersebut yang tampak gelisah, takut kalau-kalau mereka bakal ketahuan terlibat dalam skandal menyontek kali ini. Dalam hati, aku menggerutu lagi untuk yang ke sekian kalinya. Kenapa, sih, mereka tidak belajar lebih giat? Kalau saja mereka punya pikiran untuk belajar lebih serius, mereka setidaknya tak bakalan merepotkan orang-orang lain yang tidak terlibat dalam kejadian ini. 

Kalau boleh jujur, sebenarnya aku sendiri tidak tahu siapa penyebab utama ataupun kronologi kejadian menyontek massal ini, yang kutahu hanyalah ada kejadian menyontek massal di mata kuliah analisis kuantitatif di ruangan sebelah selama mahasiswa jurusan manajemen bisnis internasional melaksanakan ujian kemarin. Salah seorang dosen sedang mampir ke salah satu ruangan ujian dan mendapati seorang mahasiswi menyontek dengan menggunakan gadget. Begitu sang dosen menyita gadget tersebut, tahu-tahu saja ia mendapati bahwa rupanya ada group chat besar untuk menyontek yang melibatkan nyaris separuh mahasiswa jurusan manajemen bisnis internasional.

Aku menghela napas. Kalau saja para petinggi universitas memutuskan untuk memperhatikan tindak tanduk setiap mahasiswa di ruangan ini, kurasa mereka bakal menemukan orang-orang yang terlibat di kejadian menyontek tersebut dengan mudah. Aku mengalihkan perhatianku pada seseorang di kursi sebelahku yang sedari tadi sibuk menggerakkan kaki kanannya dengan raut wajah penuh panik. Dalam sekali lihat saja, aku berani menjamin bahwa orang ini pasti terlibat di kejadian menyontek kali ini.

Pandanganku kembali teralihkan pada belasan mahasiswa yang duduk di bangku mereka masing-masing. Beberapa saling mengobrol dengan raut wajah cemas, sementara tak sedikit pula yang tak bisa menyembunyikan kekalutannya. Dalam satu kali lihat pun, aku bahkan tak perlu mengadakan interogasi untuk mengetahui siapa saja yang terlibat dalam skandal kecurangan kemarin. Di depanku saja, aku bisa melihat seorang gadis terduduk dengan mata bergetar sembari menggigit kuku jarinya.

Sebelum sempat melakukan apa pun, tahu-tahu saja seorang pengawas berdiri setelah mendapatkan pesan dari gadget yang ada di depannya. Kedua mataku langsung bertautan dengan si pengawas. 

“Abel Daniswara, silahkan menuju ke ruang detensi.”

***

Lihat selengkapnya