Skandal Universitas

Nikita Luisa
Chapter #7

Bab 6 - Irene Riadi

Hari ini aku muncul di kampus dengan penampilan yang jelek banget.

Alih-alih mencatok rambutku dengan model ikal yang jadi ciri khasku sehari-hari, aku memutuskan untuk mengikatnya dengan gaya ponytail. Wajahku kusut bukan main meski sudah kutaburi foundation dan pensil alis. Concealer yang biasanya kupakai bahkan tak mampu menutupi kantong mata yang muncul di bawah kedua bola mataku. Tanpa perlu dikomentari orang pun, aku sendiri sudah menyadari bahwa penampilanku sedang jelek banget hari ini. Sedari aku memasuki gedung jurusan kami, aku bisa melihat orang-orang menatapku sembari berbisik-bisik tak karuan. Entah karena penampilanku yang kelewat menyedihkan atau karena skandal yang baru saja menimpaku beberapa hari lalu.

Ugh, masa bodoh. Memangnya mereka bakal mementingkan penampilan kalau sedang berada di situasi berat sepertiku?

Jujur, sebenarnya aku stres banget. Akibat satu pengumuman dari para dosen yang belum jelas hasil penyelidikannya, reputasiku sebagai mahasiswi excellence award langsung jatuh seketika. Setiap kali aku memasuki kelas, semua mahasiswa di jurusanku menatapku dengan iba sembari mengucapkan kata-kata penyemangat. Seakan-akan mereka juga percaya bahwa aku juga terlibat dalam kejadian ini. Padahal aku tidak menyontek di ujian kemarin!

Untungnya, berita ini masih baru tersebar di anak-anak jurusan kami. Sehari setelah kertas pengumuman dipasang, para dosen cukup pintar untuk segera menarik kertas tersebut agar berita tidak menyebar di mahasiswa jurusan lainnya. Jadi setidaknya aku tidak perlu khawatir akan imej-ku di luar jurusan. Lagipula aku yakin betul bahwa masih punya kesempatan untuk mengembalikan nama baikku. 

Sembari melangkah menuju ke ruang kelas, otakku masih dipenuhi dengan banyak kejadian yang baru saja kualami beberapa hari belakangan. Rasanya umurku langsung bertambah sepuluh tahun lebih tua. Kejadian beberapa hari ini sangat menyita mentalku. Setelah semua hal ini usai, akan kupastikan aku pergi healing dan spa treatment di klinik kecantikan langgananku.

Lorong gedung jurusan kami yang dipenuhi dengan mahasiswa masih sibuk membahas skandal menyontek massal yang baru saja terjadi beberapa hari lalu. Beberapa di antaranya membahas kericuhan yang diakibatkan oleh Abel Daniswara lima hari lalu. Rupanya topik satu itu masih menjadi topik hangat di kampus. Mungkin aku harus berterima kasih pada Abel yang berhasil mengalihkan seluruh perhatian ini kepada dirinya. 

Aku memasuki ruang kelas kami untuk mata kuliah manajemen keuangan, dan mendapati banyaknya mahasiswa yang sudah menempati tempat duduk masing-masing meski dosen pengajar belum juga hadir. Dari ujung mataku, aku bisa melihat Brandon dan Jiggy yang duduk di barisan paling belakang, sementara Abel duduk di barisan kedua ruangan. Ugh, semenjak terlibat dalam skandal tersebut, aku malah jadi lebih aware akan kehadiran mereka. 

Kuputuskan untuk duduk di salah satu kursi kosong yang berjarak tidak terlalu jauh dari Abel. Sebelum sempat bernapas lega dan menenangkan diri, tahu-tahu saja suasana di kelas berubah menjadi ricuh. Beberapa orang tengah menatap ponsel mereka masing-masing sembari berbisik-bisik dengan suara keras.

“Gila, ini gila banget, sih.”

Shit, this university is screwed up.”

“Ada yang bikin thread di Twitter tentang skandal kemarin?”

“Wah, siapa pun yang terlibat pasti bakal dihujat netizen, nih.”

Bersamaan dengan kalimat-kalimat tersebut, terdengar bunyi notifikasi di ponselku dan beberapa ponsel mahasiswa lain yang tidak di silent. Aku sontak mengambil ponsel, dan melihat beberapa link yang dikirimkan di group angkatan jurusan kami.

Thread X: Kronologi Skandal Menyontek Massal di Universitas Garuda Internasional.”

“Universitas Swasta Terbaik di Indonesia Terlibat Skandal Menyontek Massal!”

List Nama Mahasiswa Universitas Garuda Internasional yang Terlibat Skandal Menyontek Massal.”

Uh-oh.

Sialan.

***

Dalam waktu beberapa jam setelah thread X mengenai skandal menyontek massal universitas kami viral, situasi kampus langsung kacau bukan main. 

Thread X yang menceritakan kronologi skandal menyontek massal itu baru di posting oleh akun anonim kemarin malam, namun, dalam waktu kurang dari dua puluh empat jam, unggahan tersebut sudah mendapatkan sekitar dua ratus ribu like, tiga puluh ribu re-tweet dan empat ribu komentar. Lebih parahnya lagi, thread tersebut juga mengunggah foto kertas berisikan papan pengumuman yang muncul di lantai jurusan kami beberapa hari silam. Tanpa filter, nama-nama mahasiswa yang terlibat di skandal menyontek kemarin langsung terpampang dengan jelas. 

Akibat unggahan tersebut, kelas manajemen keuangan langsung dibatalkan. Para dosen di jurusan kami kebingungan bukan main. Tentu saja, melihat betapa viral thread tersebut, aku yakin akan banyak media yang bakal segera meliput skandal ini. Apalagi skandal ini terjadi di Universitas Garuda Internasional, yang notabene merupakan universitas swasta terbaik di Indonesia sekaligus sarang utama anak-anak konglomerat menempuh pendidikan. Untuk netizen Indonesia yang punya inferiority complex dengan orang-orang dari kelas middle-up income, aku yakin ini adalah kesempatan emas bagi mereka untuk menjatuhkan universitas ini.

Ugh, sekarang perutku mulas dan kepalaku langsung pening seketika. Aku berang banget. Gila, kalau berita ini sampai jadi berita nasional, apakah aku masih punya kesempatan untuk mengembalikan nama baik? 

Sialan, sepertinya aku lagi apes banget kali ini. 

Di tengah-tengah rasa panik yang mencuat di otakku, aku memutuskan untuk pulang ke rumah. Tidak ada gunanya lontang-lantung di kampus kalau semua jadwal kelasku dibatalkan. Aku harus bersikap tenang dan berpikir rasional. Namun, sebelum aku sempat pergi ke parkiran kampus, tahu-tahu saja perhatianku teralihkan begitu mendengar suara teriakan dan bunyi dorongan keras dari salah satu ujung koridor kampus.

Aku menengok, dan mendapati sosok Abel dan Jiggy yang tengah mencengekeram kerah kemeja masing-masing dengan muka berang. Sementara di belakang mereka, terlihat Brandon yang sepertinya tidak ada niatan untuk menghentikan pertengkaran tersebut. Sebelum sempat berbicara lebih lanjut, Jiggy sudah melemparkan bogem mentah terlebih dahulu pada Abel sampai lelaki itu terjungkal ke dinding koridor.

“Bajingan, berani-beraninya lo nuduh gue!” Jiggy berteriak kencang kepada Abel. “Lo kira karena lo rengking satu, lo bisa seenaknya nuduh-nuduh orang? Lo kira gue yang nyebarin skandal ini ke media sosial?!”

What?

Lihat selengkapnya