Skandal Universitas

Nikita Luisa
Chapter #20

Bab 19 - Abel Daniswara

Brengsek.

Aku tidak punya satu kata baik yang bisa terucap dari mulutku saat ini. 

Untungnya, ada Irene yang masih bisa bertindak dengan cekatan. Ia buru-buru menyalin semua file rekaman interogasi yang ada dan mengirimkan rekaman tersebut ke ponselnya. Di tengah-tengah rasa kesalku, Irene membereskan ruang dosen yang sempat berantakan akibat pertikaianku dengan Thomas. 

Dalam beberapa saat, tahu-tahu saja kami sudah berada di luar kampus. Kami berhasil mengembalikan kunci yang sempat diambil Irene dari gudang cleaning service. Begitu sampai di mobilku, aku dan Irene hanya bisa terdiam tanpa suara. Sama-sama kebingungan mengenai seluruh perkembangan yang kami dapatkan.

Aku mengacak-acak rambutku dengan kesal, berusaha menganalisa semua informasi yang ada. Selama ini, ternyata orang yang membuatku terlibat di skandal ini adalah temanku sendiri. Aku merutuki semua kebodohanku. Aku ingat beberapa kali memberikan informasi pada Thomas. Tidak menyangka kalau ternyata Thomas sendiri adalah orang yang mendorongku ke jurang masalah ini.

“Bel,” terdengar suara Irene dari jok sebelah. “Lo nggak apa-apa?”

What a stupid question. Of course I am not okay!

Setelah semua hal yang menimpaku, rasanya tidak masuk akal kalau aku bisa baik-baik saja. Aku dituduh menyontek, namaku disebarluaskan ke pihak luar, dituduh menekan Kim bunuh diri, dieliminasi dari pemilihan mahasiswa berprestasi, dan sekarang ketahuan membobol ruang dosen. Apa yang bakal terjadi padaku? Sidang tinggal hari Senin, dan perasaanku masih kacau bukan main.

Aku tidak menjawab pertanyaan Irene. Pada akhirnya, kami memutuskan untuk kembali ke rumah masing-masing untuk menenangkan diri.

***

Siang hari itu, aku mendapatkan panggilan tak menyenangkan dari Irene.

“Bel, gue punya kabar buruk,” ujar Irene di ujung panggilan saat aku sedang berada di kamarku pada siang hari Minggu itu. “Ada foto terbaru di media sosial mengenai kita yang tadi malam membobol ruang dosen.”

Holy shit! Ini pasti ulah Thomas. Laki-laki itu tidak bercanda ketika ia berujar bahwa kami bakal dihukum karena membobol ruang dosen. 

Sial, kami benar-benar dalam masalah besar. Meski kami sudah mendapatkan banyak bukti mengenai keterlibatan Jiggy pada kejadian yang menimpa Kim, kami masih belum menyebarkan bukti itu ke luar. Aku berniat memunculkan bukti itu di sidang nanti agar Brandon dan Jiggy tidak sempat mengelak. Alhasil, aku dan Irene masih sedang dianggap sebagai dua orang yang menyebabkan kecelakaan Kim. Kalau foto kami membobol ruang dosen semakin menyebar luas, kami bakal jadi santapan empuk netizen. Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi.

“Foto ini belum terlalu ramai, tapi mengingat kondisi kita sekarang, gue rasa foto ini bakal segera viral di media sosial. Ini benar-benar gawat mengingat kita bakal sidang besok.”

“Oke, gue paham.” Aku memegangi kepalaku, sebelum akhirnya memutuskan untuk mengambil kunci mobil dan berganti baju. “Kita tahu siapa yang menyebarkan ini. Ayo kita ke tempat Thomas.”

“Lo tahu dia di mana?”

“Gue pernah ke rumah dia sekali,” jawabku singkat. “Siap-siap, gue bakal jemput lo. Kita harus selesaikan masalah ini sebelum berita ini jadi lebih luas.”

Irene menyetujui rencanaku. Entah apa yang kupikirkan, tapi aku memutuskan untuk membawa ponsel milik Brandon. Setidaknya, ini bisa jadi barang bukti penting untuk mengancam Thomas untuk menghapus foto tersebut. Kuputuskan untuk meninggalkan salinan bukti-bukti yang lain di rumah. 

Selama menaiki mobil, otakku malah terbang ke mana-mana. Kenapa Thomas bisa menyebarkan foto ini dengan mudah di media sosial? Jadi ini alasannya ketika ia berujar bahwa ia tidak akan membiarkan kami lepas dari kejadian ini? 

Tiba-tiba saja aku teringat akan momen saat kami sedang berbincang-bincang setelah Brandon berujar bahwa ia bakal menyogok para dosen. Pada saat babak pertama pemilihan mahasiswa berprestasi, aku menceritakan rencana Brandon pada Thomas. Waktu itu, skandal menyontek ini belum tersebar di pihak luar. Aku sempat yakin bahwa sogokan Brandon bakal membuat skandal ini selesai tanpa kehebohan mengingat para dosen juga tidak ingin berita ini tersebar luas. Namun, keesokan harinya setelah aku menceritakan rencana Brandon, tahu-tahu saja berita ini meledak di media sosial.

Apa Thomas juga yang menyebarkan skandal tersebut ke media sosial sehingga skandal menyontek Universitas Garuda Internasional bisa sebesar sekarang? 

Sialan, sekarang semuanya jadi masuk akal. Awalnya aku mengira bahwa Jiggy-lah yang menyebarkan skandal ini di media sosial, tapi kalau dipikir baik-baik, ia tidak perlu melakukan itu karena Brandon sendiri sudah memberikan solusi berupa sogokan ke Pak Reihan. 

Aku memutuskan untuk menelpon kenalan sekaligus sohib dekatku yang sedari awal sangat berjasa di seluruh kejadian ini. Aku segera menghubungi sohibku yang sedari kemarin berhasil meretas link dari Kim serta mendeteksi identitas pemilik nomor anonim Thomas. “Halo?”

Terdengar suara tak menyenangkan dari ujung panggilan. “Lo butuh apa lagi? Gue udah bantuin lo terlalu banyak minggu ini.”

“Gue butuh bantuan lo.” Kataku sambil meyakinkan sohibku itu. “Tolong bantuin gue.”

Setelah meyakinkan sohibku itu, barulah aku bisa bernapas lega. Aku segera menekan gas dan memutar setir, kembali fokus ke tujuan awalku. 

Thomas benar-benar cerdas. Ia melakukan semua ini bukan tanpa rencana. Ia memang berniat menjatuhkan kami! Sepertinya ia juga muak dengan tingkah laku Brandon selama ini. Berkat pekerjaannya itu, ia bisa mengetahui kapan Brandon akan menyontek. Reputasinya yang tak tercela di mata para dosen membuatnya juga bisa menangkap Kim ketika gadis itu sedang beraksi.

Lihat selengkapnya