Skenario Kedua

Er Lumi
Chapter #1

1. Mau Jadi Apa Dirimu?

Tidakkah kamu bosan hanya dengan menjadi ahli delusi?

Mendambakan kisah romantis seperti Sri dalam buku 'Pada Sebuah Kapal' karya Nyonya N.H Dini.

Atau perjalanan super epik Huck Finn dalam sastra lawas berjudul 'Petualangan Huckleberry Finn' yang diceritakan oleh Tuan Mark Twain.

Atau mungkin hanya ingin ikatan persahabatan seerat Ledd, Groe, Zippo, dan Si di novel 'BLACK BUNNY'.

Itu agak melelahkan, ya. Maksudku, berangan-angan bahwa dirimu adalah tokoh fiktif yang, bisa jadi, nyata di kehidupan nyata. Sebab ada satu sisi yang setidaknya akan menyempurnakanmu dalam karakter tersebut. Entahlah, mungkin karena karakter itu sangat pemberani sementara dirimu penakut. Semacam itu.

Maka, bagaimana bila situasinya begini;

Di jam ini, di detik ini, di tempat di mana kamu tengah merebahkan diri sembari membaca tulisanku ini melalui layar ponsel yang seharga satu koma tujuh juta rupiah atau di bawah itu.

Menggulir, menggulir sampai akhir.

Lalu, tiba-tiba seorang tukang paket JNE atau Sicepat, mengetuk gerbang besi rumahmu seraya menyapa dengan seruan;

"Pakeeeeet......!"

Nadanya yang dipanjang-panjangkan dan terdengar menyebalkan bagi telinga, memaksamu untuk beranjak menghampirinya. Tak lupa, dirimu memasang wajah sebal secara spontan.

"Ya? Gimana?" ucapmu masih dengan mimik masam.

"Paket, kak."

Dan kamu berseru dongkol dalam hati, 'Iya, tau. Itu paket! Ya kali Kang Cilok!'.

Namun, kamu enggan melontarkannya sebab itu tak sopan bagimu. Lantas tanpa kamu ketahui, si tukang paket pun menggerundel juga dalam hatinya.

'Udah tau paket, masih nanya!'

Namun meski begitu. Senyum kalian tetap tersungging walau sama-sama kecut. Maka tanpa banyak ingin basa-basi lagi, kamu menerima paket dan si tukang paket mengonfirmasi penerima kemudian berharap ia segera beranjak pergi supaya kamu bisa meneruskan membaca tulisan ini.

Nah, kamu kembali terpaku dalam layar ponsel. Meneliti tiap-tiap suku kata serta jalinan aksara di novel ini yang membuatmu berharap akan segera menemukan kisah luar biasa atau yang mencengangkan atau yang bisa membuatmu meleleh karena alunan romansanya.

Namun dalam sepuluh menit yang sia-sia, tak kunjung kamu temukan juga inti dari ceritanya. Kebanyakan hanya basa-basi tak bermakna yang membuatnya tak terpana. Maka teralikanlah pandanganmu pada paket di sebelah sisi paha; Sebuah kotak berukuran empat belas senti kali dua dua puluh lima senti dengan tebal sepuluh senti kurang lima.

Dan kamu penasaran akan isinya. Mencoba memeriksa seluruh kotak paket dan hanya menemukan sebuah kertas bertuliskan;

‘Untuk Kamu, dari Er Lumi’

Lihat selengkapnya